Ratusan warga Palestina menggelar shalat gaib dan doa bersama untuk Muslim Uighur, pada Rabu (19/12). Etnis tersebut diduga ditahan di kamp-kamp dan diminta untuk melakukan kerja paksa oleh Pemerintah Cina di Provinsi Xinjiang.
Aksi yang digagas oleh Yayasan Nusantara Palestina Center ini dilakukan oleh warga Gaza di Masjid Umari, Gaza utara. Shalat gaib dan doa bersama tersebut merupakan bentuk solidaritas dari mereka untuk Uighur.
"Terharu saya meneteskan air mata bukan karena banyaknya jumlah jamaah Gaza yang lakukan shalat ghaib dan mengangkat kedua tangan untuk mengaminkan doa, tapi karena nikmat ukhuwah dan persahabatan yang tak bisa dinilai atau ditukar dengan uang atau materi," ujar Pendiri Yayasan Nusantara Palestina Center Abdillah Onim, dalam pernyataan resmi yang diterima Republika.co.id, Kamis (20/12).
Menurut dia, berkemanusiaan bukan persoalan siapa yang terdepan dalam berbuat, tetapi soal bagaimana rasa kemanusiaan mudah tergerak dan mengajak orang lain untuk ikut tergerak juga. "Jika satu penghuni dunia terdapat setitik rasa kemanusiaan maka dunia akan damai," kata dia.
Laporan soal kondisi mengenaskan etnis Uighur yang mengalami penahanan dalam kamp-kamp re-edukasi di Xinjiang terus bermunculan. Belakangan, sejumlah media internasional mengungkapkan Pemerintah Cina telah mempekerjakan paksa para tahanan etnis Uighur dan Kazakhs di kamp-kamp re-edukasi tersebut.
Namun, Pemerintah Cina menolak tudingan masyarakat internasional bahwa rezimnya telah melanggar hak asasi manusia (HAM) terhadap etnis Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang. Pemerintah Cina beralasan, tindakan tegas tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran ideologi radikal di kalangan masyarakat Uighur. [ROL]
Aksi yang digagas oleh Yayasan Nusantara Palestina Center ini dilakukan oleh warga Gaza di Masjid Umari, Gaza utara. Shalat gaib dan doa bersama tersebut merupakan bentuk solidaritas dari mereka untuk Uighur.
"Terharu saya meneteskan air mata bukan karena banyaknya jumlah jamaah Gaza yang lakukan shalat ghaib dan mengangkat kedua tangan untuk mengaminkan doa, tapi karena nikmat ukhuwah dan persahabatan yang tak bisa dinilai atau ditukar dengan uang atau materi," ujar Pendiri Yayasan Nusantara Palestina Center Abdillah Onim, dalam pernyataan resmi yang diterima Republika.co.id, Kamis (20/12).
Menurut dia, berkemanusiaan bukan persoalan siapa yang terdepan dalam berbuat, tetapi soal bagaimana rasa kemanusiaan mudah tergerak dan mengajak orang lain untuk ikut tergerak juga. "Jika satu penghuni dunia terdapat setitik rasa kemanusiaan maka dunia akan damai," kata dia.
Laporan soal kondisi mengenaskan etnis Uighur yang mengalami penahanan dalam kamp-kamp re-edukasi di Xinjiang terus bermunculan. Belakangan, sejumlah media internasional mengungkapkan Pemerintah Cina telah mempekerjakan paksa para tahanan etnis Uighur dan Kazakhs di kamp-kamp re-edukasi tersebut.
Namun, Pemerintah Cina menolak tudingan masyarakat internasional bahwa rezimnya telah melanggar hak asasi manusia (HAM) terhadap etnis Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang. Pemerintah Cina beralasan, tindakan tegas tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran ideologi radikal di kalangan masyarakat Uighur. [ROL]