Dua gadis Uyghur menangis di depan kamera. Sang kakak mewakili mereka menyuarakan penderitaan yang dialami jutaan keluarga Uyghur.
“Namaku Fatimah Qarim,” kata gadis Uyghur itu sambil meneteskan air mata. “Ayahku bernama Hesenjan Qarim.”
“Ayahku tidak melakukan satu kejahatan pun,” lanjutnya sambil terisak-isak. “Tapi ia dimasukkan ke kamp pada tahun 2017.”
“Kemudian, setelah 3-4 bulan, ia dijebloskan ke penjara.”
“Ayahku tidak bersalah.”
“Tolong bebaskan ayahku. Aku mohon padamu.”
Seperti dilansir BBC, sekitar 1 juta muslim Uyghur dijebloskan ke kamp-kamp yang lebih mirip penjara. Mereka dipaksa meninggalkan agamanya.
Penderitaan mereka tidak banyak diketahui dunia internasional karena pemerintah China mengontrol ketat setiap media dan menghalangi siapa pun untuk mendapatkan fakta penderitaan Muslim Uyghur di Xinjiang. Bahkan BBC yang menggunakan kamera tersembunyi pun kesulitan mengakses banyak tempat di sana.
[T]
“Namaku Fatimah Qarim,” kata gadis Uyghur itu sambil meneteskan air mata. “Ayahku bernama Hesenjan Qarim.”
“Ayahku tidak melakukan satu kejahatan pun,” lanjutnya sambil terisak-isak. “Tapi ia dimasukkan ke kamp pada tahun 2017.”
“Kemudian, setelah 3-4 bulan, ia dijebloskan ke penjara.”
“Ayahku tidak bersalah.”
“Tolong bebaskan ayahku. Aku mohon padamu.”
Seperti dilansir BBC, sekitar 1 juta muslim Uyghur dijebloskan ke kamp-kamp yang lebih mirip penjara. Mereka dipaksa meninggalkan agamanya.
Penderitaan mereka tidak banyak diketahui dunia internasional karena pemerintah China mengontrol ketat setiap media dan menghalangi siapa pun untuk mendapatkan fakta penderitaan Muslim Uyghur di Xinjiang. Bahkan BBC yang menggunakan kamera tersembunyi pun kesulitan mengakses banyak tempat di sana.
[T]