Partai Demokrat membenarkan bahwa ketua umumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mulai merasakan aura kemenangan paslon Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pada Pilpres 2019. Keyakinan itu tumbuh usai mantan presiden Indonesia dua periode itu terjun langsung untuk mendengar aspirasi masyarakat.
"Yang pasti SBY berkaca pada survei internal Partai Demokrat dan kondisi lapangan yang jelas sekali bahwa kunjungan Prabowo dan Sandi selalu lebih ramai dibanding kunjungan Jokowi maupun Ma'ruf Amin," kata Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahean saat dihubungi, Selasa (1/1).
Menurut Ferdinand, fakta itu dinilainya sebagai bukti konkret bahwa dukungan Jokowi mulai meredup di Pilpres 2019 kali ini. Berbeda dengan Pilpres 2014 lalu. Antusiasme masyarakat kepada petahana diklaim mulai turun.
"Dulu 2014, Jokowi di setiap kunjungan massa selalu membeludak tanpa pengerahan. Sekarang, tidak terjadi sama sekali. Mestinya petahana lebih ramai, tapi kenyataan sepi-sepi saja. Yang ramai justru kunjungan Prabowo dan Sandi, di mana-mana penuh sesak massanya," terangnya.
Di sisi lain, kata dia, Partai Demokrat enggan percaya hasil survei mainstream yang ada di Indonesia. Menurutnya, lembaga-lembaga survei telah banyak berpihak kepada salah satu paslon.
"Kami sudah tidak percaya hasil lembaga survei yang lain selain internal partai. Karena menurut kami, tampaknya sudah bercampur kepentingan politik apalagi banyak pemilik lembaga surveinya jelas-jelas tidak netral," tuturnya.
Atas dasar itu semua, Ferdinand menilai wajar SBY telah mulai merasakan aura kemenangan Prabowo-Sandi di pilpres. "Terlebih 14 prioritas Demokrat menjadi program Prabowo-Sandi juga. Jadi napasnya sama, ingin perbaiki Indonesia," pungkasnya. [JawaPos]
"Yang pasti SBY berkaca pada survei internal Partai Demokrat dan kondisi lapangan yang jelas sekali bahwa kunjungan Prabowo dan Sandi selalu lebih ramai dibanding kunjungan Jokowi maupun Ma'ruf Amin," kata Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahean saat dihubungi, Selasa (1/1).
Menurut Ferdinand, fakta itu dinilainya sebagai bukti konkret bahwa dukungan Jokowi mulai meredup di Pilpres 2019 kali ini. Berbeda dengan Pilpres 2014 lalu. Antusiasme masyarakat kepada petahana diklaim mulai turun.
"Dulu 2014, Jokowi di setiap kunjungan massa selalu membeludak tanpa pengerahan. Sekarang, tidak terjadi sama sekali. Mestinya petahana lebih ramai, tapi kenyataan sepi-sepi saja. Yang ramai justru kunjungan Prabowo dan Sandi, di mana-mana penuh sesak massanya," terangnya.
Di sisi lain, kata dia, Partai Demokrat enggan percaya hasil survei mainstream yang ada di Indonesia. Menurutnya, lembaga-lembaga survei telah banyak berpihak kepada salah satu paslon.
"Kami sudah tidak percaya hasil lembaga survei yang lain selain internal partai. Karena menurut kami, tampaknya sudah bercampur kepentingan politik apalagi banyak pemilik lembaga surveinya jelas-jelas tidak netral," tuturnya.
Atas dasar itu semua, Ferdinand menilai wajar SBY telah mulai merasakan aura kemenangan Prabowo-Sandi di pilpres. "Terlebih 14 prioritas Demokrat menjadi program Prabowo-Sandi juga. Jadi napasnya sama, ingin perbaiki Indonesia," pungkasnya. [JawaPos]