• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Rezim Komunis China, Kirim Petugas Pria untuk Tidur di Ranjang Muslimah Uighur yang Suaminya Dipenjara

    10 November 2019, 05:58 WIB Last Updated 2019-11-09T23:03:14Z
    Menjadi muslimah Uighur tidaklah mudah, disaat Suami mereka di penjara, Rezim Komunis China terus saja memantau para muslimah Uighur, sampai dengan cara-cara yang tak patut ini. Hal tersebut terlihat sebagaimana dirilis Hidayatullah.Com berikut ini:


    Tiongkok Kirim Petugas Pria untuk Tidur di Ranjang Muslimah Uighur yang Suaminya Dipenjara

    Tiongkok telah mengirim pria China dari etnis Han yang dijuluki “kerabat”  untuk memantau rumah-rumah keluarga Muslim Uighur di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang China (XUAR) di barat laut Tiongkok secara teratur, bahkan tidur di ranjang yang sama dengan di saat suami mereka ditahan di kamp-kamp pengasingan atau kamp cuci otak di kawasan itu, demikian menurut sumber  dikutip Radio Free Europe (RFA).

    Sejak akhir 2017, keluarga Muslim — dan khususnya Uighur — di XUAR telah diminta untuk mengundang pejabat komunis ke rumah mereka dan memberi mereka informasi tentang kehidupan dan pandangan politik mereka, menjadikan tuan rumah telah menjadi sasaran indoktrinasi politik.

    Program “Berpasangan dan Menjadi Keluarga” adalah salah satu dari beberapa kebijakan represif yang terbaru China menargetkan warga Uighur di wilayah tersebut, yang juga telah menyaksikan pembangunan jaringan kamp yang luas, di mana pihak berwenang telah menahan hingga 1,5 juta warga Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya yang dituduh menyimpan “pandangan agama yang kuat” dan ide “salah secara politis” sejak April 2017.

    Layanan Uighur RFA baru-baru ini berbicara tentang program tersebut dengan kader Partai Komunis yang berkuasa di Kashgar (dalam bahasa China, Kashi)  wilayah Yengisar (Yingjisha), yang mengatakan bahwa 70 hingga 80 keluarga di kota yang ia awasi memiliki orang China, kebanyakan pria, “kerabat” istilah progam Tiongkok ini,  bertahan hingga enam hari di setiap rumah tangga atau warga— banyak di antaranya memiliki anggota keluarga laki-laki yang ditahan aparat.

    “‘Kerabat’ datang mengunjungi kami di sini setiap dua bulan … mereka tinggal bersama berpasangan siang dan malam,” katanya, berbicara tanpa mau disebutkan identitasnya.

    “Mereka membantu [keluarga] dengan ideologi mereka, membawa ide-ide baru. Mereka berbicara kepada mereka tentang kehidupan, selama waktu itu mereka mengembangkan perasaan satu sama lain, ” katanya.

    >>> LANJUT HALAMAN 2
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini