Para petugas polisi Jerman. Foto/REUTERS/Hannibal Hanschke/sindonews |
Penyerbuan kelompok tersebut diumumkan Kantor Kejaksaan Federal (GBA) Jerman. Penangkapan itu merupakan kelanjutan dari penggerebekan oleh unit pasukan khusus bersenjata lengkap di 13 lokasi di enam negara bagian.
GBA mengatakan empat dari 12 tersangka telah membentuk organisasi teroris pada September 2019 dan secara teratur bertemu serta saling menghubungi melalui telepon. Mereka juga tergabung dalam forum online dan grup obrolan.
Delapan orang lainnya, kata GBA, ditahan karena dicurigai mendukung organisasi teroris tersebut dengan uang dan senjata.
Para tersangka ingin serangan mereka menimbulkan kekacauan dan suasana ketakutan yang menyerupai perang saudara.
"Tujuan organisasi itu adalah untuk mengguncang dan akhirnya menghancurkan sistem demokrasi dan kohesi sosial republik federal," kata GBA.
"Untuk tujuan menciptakan kondisi yang menyerupai perang saudara, serangan yang belum konkret terhadap politisi, pencari suaka dan anggota komunitas Muslim direncanakan," lanjut GBA.
Seorang sumber di Kementerian Dalam Negeri di negara bagian North-Rhine Westphalia kepada AFP, Sabtu (15/2/2020), mengatakan ke-12 pria itu termasuk seorang perwira polisi yang sebelumnya diskors atas tuduhan memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan.
Kendati demikian, belum jelas apakah perwira polisi itu menjadi salah satu tersangka utama atau bukan.
Penyelidik meluncurkan penggerebekan pada hari Jumat untuk menentukan apakah para tersangka sudah memiliki senjata atau persediaan lain yang dapat digunakan dalam serangan.
Ke-12 pria itu akan muncul di depan pengadilan pada hari Sabtu untuk mendengar putusan awal apakah mereka akan ditahan saat dikirim ke penjara atau tidak.
Pihak berwenang Jerman telah mengalihkan perhatian pada aksi ekstrem kelompok sayap kanan negara itu sejak pembunuhan politisi lokal konservatif Walter Luebcke Juni lalu dan serangan pada Oktober di sebuah sinagoga di kota timur Halle.
Tersangka yang ditangkap dalam kedua kasus memiliki hubungan dengan kelompok sayap kanan. Menurut majalah Spiegel, polisi menemukan beberapa senjata dalam serangan hari Jumat, termasuk satu "slam gun" buatan sendiri mirip dengan yang digunakan dalam serangan Halle.
Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer mengumumkan pada Desember lalu bahwa 600 pos baru di kepolisian federal dan layanan keamanan domestik dibentuk untuk melacak ancaman kelompok ekstrem sayap kanan.
Pada saat itu, polisi federal mengatakan mereka telah mengidentifikasi 48 orang di kelompok sayap kanan sebagai individu berbahaya yang dapat melakukan serangan.
Bereaksi terhadap laporan penangkapan pada hari Jumat, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Federal mengatakan bahwa langkah-langkah untuk melindungi lembaga keagamaan akan ditinjau oleh otoritas lokal.
Juru bicara Kanselir Angela Merkel, Steffen Seibert, mengatakan bahwa ancaman untuk menyerang lembaga-lembaga Islam di Jerman adalah perilaku keji.
"Kami sebagai pemerintah federal merasa berkewajiban untuk memastikan bahwa siapa pun di Jerman dapat mempraktikkan agama mereka dalam batas-batas tatanan hukum kami," kata Seibert pada konferensi pers. [Sindonews]
***
Dalam pantauan di jejaring Media Sosial Twitter, Netijen memuji Polis Jerman, diantaranya:
Wooww... MashaAllah hebat Jerman...— ᗩƳᑌ ᗷᗩᔕᑌᛕᎥ (@Riz__Ayu) February 16, 2020
Kebalikan nganuland... Mayoritas muslim semuanya dibilang radikal... Ngahaha#RezimSumberGaduh#RezimSumberGaduh
Teroris termasuk ada anggota Polisi didalamnya semua di tangkap karena berniat menyerang Muslim di Jerman.#RezimSumberGaduh— Retas (@305_BTrack) February 16, 2020
Agama Islam di Jerman terlindungi, karena pemerintahan yg kuat...#RezimSumberGaduh
Polisi Jerman Serbu Organisasi Teroris https://t.co/Z6ICNnHEMQ