• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Danielle LoDuca, Pembenci Islam Jadi Mualaf: Kalau Tuhannya Muslim Pendendam, Mengapa Setiap Surat Diawali Bismmillah?

    18 Mei 2020, 17:35 WIB Last Updated 2020-05-18T10:35:12Z
    Cerita perjalanan mualaf menemukan Islam selalu menarik untuk disimak. Tak terkecuali kisah Danielle LoDuca.

    LoDuca tidak pernah bercita-cita menjadi Muslim. Meski dibesarkan sebagai pemeluk Katolik, malah sejatinya ia seorang atheis lantaran LoDuca merupakan sosok yang tak peduli terhadap hal yang berbau agama.

    Pascatragedi 9/11, Danielle LoDuca sempat membenci Islam, termasuk sosok Nabi Muhammad SAW. Tapi pascaperistiwa itu pula LoDuca mencari tau lebih dalam soal Islam.

    Terlebih lagi, media selalu menyematkan Islam selalu identik dengan aksi terorisme. Media-media gencar menyiarkan betapa kejamnya teroris yang menyerang Menara Kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001. 

    Seperti kebanyakan semua warga AS, Lo Duca berduka dan marah akibat peristiwa tersebut. Permusuhannya dengan Islam semakin meningkat ketika itu.


    "Sikap permusuhan saya terhadap agama jadi meningkat (setelah tragedi 9/11). Pada saat yang sama, saya mulai belajar politik dan memperhatikan berbagai peristiwa yang sebelumnya tak pernah menjadi perhatian saya," ucap LoDuca, mengenang permusuhannya terhadap islam.

    Dalam pandangan Danielle LoDuca, Islam tak jauh berbeda dengan agama-agama lain yang mengajarkan tujuan hidup serta surga dan neraka. Buat dia, agama tak ubahnya sama seperti halnya filsafat atau aturan-aturan moral di dunia. Cuma buatan manusia.

    Berangkat dari rasa penasaran dan keingintahuannya yang besar, LoDuca mulai mencari tahu akan Islam. Benarkah Islam hanya mengajarkan kekerasan, sebagaimana yang dilakukan teroris yang menyerang negaranya, dan label yang disematkan oleh media di AS?

    Seniman lulusan Pratt Institute ini menyadari, untuk mengenal Islam tidak sekadar melalui buku-buku teks. Dasar agama ini adalah kitab yang bernama Alquran.

    Ia pun bertekad untuk mencari tahu lebih jauh kandungan Alquran agar dapat lebih mengerti agama ini. Saat itu tujuannya masih sebatas memuaskan rasa penasaran.

    Sampai suatu hari, sebuah terjemahan Alquran dia peroleh secara gratis. Ia tengah melintasi sekelompok orang yang membagi-bagikan Alquran hari itu. Tanpa memalingkan muka dari ponsel, ia bertanya ketus, "Apakah itu gratis?"

    Salah satu dari panitia mengiyakan. Ia meraih salah satu, kemudian melanjutkan perjalanan. Ia sama sekali tidak tertarik untuk bertanya.

    Ia hanya tertarik untuk mengambil buku gratis yang barangkali bisa membuatnya makin menertawakan agama. Tapi, sejak membaca "kitab suci itu", ia menjadi lebih pendiam. Alquran berbeda dari buku-buku agama lain yang juga telah dia kumpulkan.


    Setelah dia membaca secara teliti terjemahan kitab suci Alquran. Danielle Lo Duca terpikat dan mengagumi bacaan bismillahirrahmaanirrahim yang ada di tiap awal surat.

    Dia mendapati, arti kata-kata itu adalah 'Dengan menyebut nama Allah (Tuhan) yang Maha Pengasih, Maha Penyayang'. Bukankah ini berarti Tuhannya orang-orang Muslim itu tidak pendendam? Batin Danielle LoDuca saat itu.

    Perempuan yang saat itu berusia 20-an tahun tersebut terus membolak-balik terjemahan Alquran ini. Dia merasa ada semacam keindahan yang belum pernah dia kenal sebelumnya.

    Alquran seolah-olah mengajaknya berkomunikasi dari hati ke hati. Selain itu, kata-kata yang tercantum di sana telah menarik daya intelektual Danielle LoDuca.

    Sejak membaca terjemahan Alquran, dia mulai lebih sering merenungi hakikat kehidupan. Sampai saat itu, LoDuca masih belum mau meyakini sesuatu secara membabi buta. Dia pun mulai membeli buku-buku tentang Islam, termasuk kisah Nabi Muhammad SAW.

    Dari bahan bacaannya itu, Lo Duca mengetahui sosok pembawa risalah Islam tersebut ternyata pernah ditegur Allah melalui satu surat di Alquran. Hal ini menarik. Jika Muhammad SAW dianggap sebagai penulis Alquran, sebagaimana tudingan kelompok orientalis, mengapa ada satu surat yang menegurnya? Sosok ini (Nabi Muhammad SAW) tidak menunjukkan tanda-tanda seorang pembohong, ungkapnya.

    Suatu malam, dia kian terperangah tatkala membaca terjemahan surat al-Anbiya ayat 30. "Itu teori Big Bang!" cetus LoDuca. Ayat itu masih melanjutkan, segala sesuatu yang hidup berasal dari air. Bukankah itu ditemukan baru pada zaman kini oleh ilmuwan abad modern?

    Pada musim gugur 2002, dia dalam perjalanan pulang dari Perpustakaan Pratt Institute menuju rumahnya. Seharian penuh dia melahap tumpukan buku untuk memuaskan rasa penasarannya terhadap agama ini. Dia ingin kembali ke apartemennya di Brooklyn untuk menenangkan pikiran sejenak. Aspal dan pepohonan berkilau dalam cahaya buatan yang hangat. Dia merasa tenggelam dalam lamunan.

    "Kebenaran sudah ada di depan mata, sampai kapan saya mencari? tanya dia dalam hati. Saya baru saja memiliki kesadaran yang saya bayangkan sebelumnya tidak mungkin. Saya kini telah menemukan jawaban atas apa yang saya pikir sebagai pertanyaan yang tak kunjung henti," kata dia.

    Pilihannya hanya dua. Tunduk pada kebenaran atau tetap bertahan dalam penyangkalan yang menggelisahkan. Jam-jam yang telah dihabiskannya untuk membaca buku-buku tentang Islam kini terasa memosisikannya dalam titik kritis. Haruskah menegaskan apa yang dia tahu sebagai kebenaran?

    Atau, mengabaikan hal ini dan melanjutkan hidupnya seperti biasa? Atau, berpura-pura seolah-olah dirinya tidak pernah menemukannya sejak awal? Kata-kata itu berputar di kepalanya. Danielle menghentikan langkahnya. Di bawah lampu jalan yang bersinar, dia menatap langit yang mulai gelap.

    Seakan-akan, begitulah caranya berbicara kepada Sang Pencipta. Untuk pertama kalinya, Danielle LoDuca meyakini seutuhnya: Dia ada, mendengarkan, dan mengetahui persis apa yang berkecamuk di dalam hatinya. Saat itu juga, dia menyatakan ikrar yang terjemahannya dia baca pada salah satu buku yang dibacanya baru-baru ini.

    Kalimat itu menegaskan pilihannya, Tidak ada Tuhan selain Allah. Muhammad adalah utusan-Nya. Sejak hari itu, kisah hidupnya mengalami babak baru. Dia mantap memeluk Islam. Pencarian akan hidayah tuntas dijalaninya satu tahun pascatragedi mengerikan 9/11. Bagi LoDuca, hal itu merupakan pencapaian terbesar dan paling membahagiakan bahkan sampai hari ini.

    Sejak bersyahadat, dia merasakan lebih banyak kedamaian dari apa yang diharapkan. Berkaca dari masa lalunya, Danielle LoDuca merasa Allah telah membimbingnya agar dapat mengenal agama ini. "Syukurlah, saya berhasil mempertahankan rasa ingin tahu yang sehat. Saya selalu menemukan pertanyaan yang mendorong saya untuk terus mencari," kata dia.

    Kini Danielle LoDuca aktif menulis dan menawarkan perspektif Muslim Amerika yang menggugah pikiran, berbeda dengan narasi-narasi negatif yang menstigmakan Islam dan Muslim. (bizlaw)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Palestina

    +