• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Ketika Propaganda “Topeng” Cina pada Coronavirus Wuhan Digilas Jerman

    02 Mei 2020, 00:18 WIB Last Updated 2020-05-01T17:18:00Z
    Der Panzer mulai bergerak menggilas propaganda Cina laksana tank menggilas musuh-musuhnya. Sesuatu yang jarang sekali terjadi, mengingat setelah perang dunia II yang berakhir dengan kekalahan Jerman, sikap Jerman lebih konservatif dan tidak arogan. Namun sikap kali ini berbeda sama sekali.

    Di wabah Coronavirus ini melalui berbagai media, Cina selalu berkelit bahwa Cina adalah sumber wabah dengan berbagai alasan pembenaran bahkan menyerang balik bahwa sumbernya dari AS, atau negara lain. Bisa dikatakan opini yang dilakukan Cina adalah satu diantar upaya strategi yang dinamakan Tiga Perang Cina yaitu Perang Opini, Perang Psikologi dan Perang Hukum.

    Propaganda yang dilakukan Cina kemudian nampak mendapat respons keras oleh salah satu kekuatan utama Eropa yaitu Jerman, setelah sebelumnya Inggris dan Perancis melakukan hal yang sama. Dan utamanya tentu Amerika Serikat.

    Walau bukan pemerintah Jerman sendiri yang mencercanya, namun ketika ketika media-media utama Jerman satu kata melakukannya, bisa dikatakan bahwa ini adalah bagian operasi intelejen propaganda pemerintah Jerman sendiri.

    Seperti negara barat lainnya, Jerman juga sudah lama kesal dengan Cina. Kerjasama dengan pembukaan pasar Cina dan sebaliknya ditukar dengan pengalihan teknologi dan pengetahuan manajemen perusahaan Jerman.

    Namun setelah teknologi dan manajemen Jerman didapat, maka Cina sekali lagi melakukan hal klasik yang kerap dilakukan pada negara dunia lainnya yaitu tiru, akui dan jual produk sebagai made in China, Ujungnya pasar produk Jerman mengecil diganti produk tiruan Cina hasil curi dari Jerman.

    Pada kasus Coronavirus Wuhan Cina, dua media Jerman masing masing menyerang Cina dengan serangan langsung ibarat panzer Jerman mengarahkan moncong senjatanya ke Cina, tanpa basa basi.

    Der Spiegel edisi 31 Januari 2020 menuliskan di Cover terdepan majalahnya dengan Coronavirus Made In China beserta artikel lengkapnya, sementara tabloid Bild, tabloid terbesar di Jerman mengatakan “Beijing berutang ke Berlin“ dan menuntut kerugian yang disebabkan Coronavirus sebesar 149 Milyar Euro atau 130 Milyar Poundsterling dengan semua daftar rinciannya. Serangan langsung media Jerman sebenarnya tak lepas dari penolakan Jerman atas upaya Cina sebelumnya untuk meminta dukungan Jerman agar mengatakan hal baik tentang Virus Cina.

    Surat kabar Die Welt mengutip dokumen Kementerian Luar Negeri mengatakan, pejabat senior dan staf di kementerian pemerintah Jerman diundang “untuk berbicara secara positif tentang manajemen virus Corona Cina,” kata Die Welt, mengutip dokumen rahasia Kementerian Luar Negeri.

    Kementerian Luar Negeri merekomendasikan bahwa semua departemen pemerintah Jerman menolak pendekatan semacam itu, surat kabar itu menambahkan. Kementerian telah menolak untuk mengkonfirmasi atau menolak laporan tersebut.

    Namun sumber intelijen Jerman mengatakan kepada Die Welt bahwa “pejabat Cina mengejar informasi yang mendukung kebijakan propaganda Cina sehubungan dengan coronavirus.” Dan bisa ditebak, Cina tidak mengakui upaya yang dilakukan ini.

    Terhadap Der Spiegel dan Bild, Cina telah merespons dengan sangat marah dan mengatakan itu “membangkitkan xenophobia dan rasis. Disamping itu Beijing juga melawan narasi bahwa wabah itu dimulai di Cina dan menyoroti bantuannya kepada negara-negara Barat” untuk menghadirkan Republik Rakyat sebagai mitra yang dapat dipercaya.

    Alangkah anehnya dunia diminta percaya ketika Cina mengatakan rasisme atau xenophobia pada dunia. Mengapa? Karena pengertian rasis bagi Cina sarat dengan kepentingan mereka sendiri. Itulah perang opini mereka.

    Apakah tidak rasis ketika dengan kejam otoritas Cina membantai Muslim Hui di Xin Jiang dan orang-orang Budha di Tibet? Dan bagaimana perlakuan Cina pada orang-orang Afrika di Cina?

    Jadi apa pengertian Rasis dan Xenophobia ini bagi Cina? Apakah tidak rasis bila Cina melakukannya, tetapi tudingan rasis bila dilakukan oleh negara lain sekedar agar Cina tak ingin dianggap bersalah dan memikul tanggung jawab atas suatu hal yang dilakukan?

    Maka itu hanya karena kebodohan, ketidak tahuan atau sarat kepentingan dengan Cina lah yang bisa/pernah percaya tudingan ini.

    Tudingan balik Cina yang mengatakan xenophobia dan rasis ini langsung dibalas dengan surat yang lebih keras dan blak-blakan oleh pihak Bild.

    Pemimpin Redaksi Bild, Julian Reichelt, membantah penolakan atas pernyataan Cina tentang xenophobia dan rasis, dengan membuat surat terbuka langsung kepada Presiden Cina.

    Surat ini berkata:

    Presiden Xi Xiping yang terhormat

    Kedutaan Anda di Berlin telah berbicara kepada saya melalui surat terbuka karena kami bertanya di surat kabar kami BILD apakah Cina harus membayar kerusakan ekonomi besar-besaran yang ditimbulkan oleh virus korona di seluruh dunia.

    Biarkan saya merespons:

    1. Anda memerintah dengan pengawasan. Anda tidak akan menjadi presiden tanpa pengawasan.

    Anda memantau semuanya, setiap warga negara, tetapi Anda menolak untuk memantau pasar basah yang sakit di negara Anda.

    Anda menutup setiap surat kabar dan situs web yang mengkritik aturan Anda, tetapi tidak di warung tempat sup kelelawar dijual. Anda tidak hanya memantau orang-orang Anda, Anda juga membahayakan mereka – dan bersama mereka, seluruh dunia.

    2. Pengawasan adalah penolakan kebebasan. Dan bangsa yang tidak bebas, tidak kreatif.

    Bangsa yang tidak inovatif, tidak menciptakan apa pun. Inilah sebabnya mengapa Anda menjadikan negara Anda juara dunia dalam pencurian kekayaan intelektual.

    Cina memperkaya dirinya sendiri dengan penemuan-penemuan orang lain, bukannya menciptakannya sendiri. Alasan Cina tidak berinovasi dan menciptakan adalah karena Anda tidak membiarkan orang-orang muda di negara Anda berpikir bebas.

    Pukulan ekspor terbesar Cina (yang tak seorang pun ingin menghendakinya, tetapi yang telah berkeliling dunia) adalah Corona.

    3. Anda, pemerintah Anda dan ilmuwan Anda harus tahu sejak lama bahwa Corona sangat menular, tetapi Anda meninggalkan dunia dalam kegelapan tentang hal itu.

    Pakar top Anda tidak merespons ketika peneliti Barat bertanya apa yang sedang terjadi di Wuhan.

    Anda terlalu bangga dan terlalu nasionalistis untuk mengatakan yang sebenarnya, yang menurut Anda merupakan aib nasional.

    4. “Washington Post” melaporkan bahwa laboratorium Anda di Wuhan telah meneliti virus korona pada kelelawar, tetapi tanpa mempertahankan standar keamanan tertinggi.

    Mengapa laboratorium beracun Anda tidak seaman penjara Anda untuk tahanan politik?

    Apakah Anda ingin menjelaskan hal ini kepada para janda yang berduka, anak perempuan, anak lelaki, suami, orang tua dari korban Korona di seluruh dunia?

    5. Di negara Anda, orang-orang Anda berbisik-bisik tentang Anda. Kekuatanmu hancur.

    Anda telah menciptakan Cina yang tidak dapat dipahami, tidak transparan. Sebelum Corona, Cina dikenal sebagai negara pengintai. Sekarang, Tiongkok dikenal sebagai negara pengawas yang menginfeksi dunia dengan penyakit mematikan.

    Itu adalah warisan politik Anda.

    Kedutaan Anda memberi tahu saya bahwa saya tidak hidup sesuai dengan “persahabatan tradisional bangsa kami.”

    Saya kira Anda menganggapnya sebagai “persahabatan” yang hebat ketika Anda sekarang dengan murah hati mengirim topeng ke seluruh dunia.

    Ini bukan persahabatan, saya akan menyebutnya imperialisme yang tersembunyi di balik senyuman Kuda Troya.

    Anda berencana untuk memperkuat Cina melalui wabah yang Anda ekspor. Anda tidak akan berhasil. Corona akan menjadi akhir politik Anda, cepat atau lambat.

    Dengan hormat

    Julian Reichelt

    Nampak dari surat terbuka ini media Jerman menyerang ketidaktransparan dan sistem politik Cina tanpa tedeng aling-aling bahkan kepada Cina–1 sendiri.

    Akhirnya, saya cuma ingin bertanya, masihkah Cina berkelit dan tidak terus terang ketika dengan langsung Jerman membuka topeng nya? Aku cuma bisa nyengir.

    Sekian

    Adi Ketu, Pengiat Sosial Media dan Peminat Isu Internasional

    Sumber: theglobal-review
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Palestina

    +