Sebagaimana dilansir detikcom berikut ini:
Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM) hari ini menyelenggarakan diskusi dengan tema kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Acara diskusi ini disiarkan live di kanal YouTube.
Sebelum acara itu dimulai, beberapa hari yang lalu beredar poster diskusi dengan judul 'PSBB: Pemerintah Sukanya Basa-Basi?'. Namun hari ini mendadak judul pada poster itu berubah menjadi 'PSBB, Policy Setengah Basa-Basi?'. Dekan FH UGM Sigit Riyanto saat dimintai konfirmasi membenarkan perubahan judul diskusi itu.
"Iya, ada perubahan (judul)," kata Sigit saat dihubungi detikcom, Rabu (20/5/2020).
Sigit mengatakan ada beberapa alasan yang mendasari perubahan judul dan desain poster itu.
"Ada beberapa alasan, pertama, itu pembicaranya ganti. Sekarang ada lima, tadinya empat. Kedua, biar lebih komunikatif," jelasnya.
Sigit pun membantah jika dikatakan bahwa perubahan judul diskusi dikarenakan ada teguran dari Istana. Menurutnya, semua tidak ada masalah dan dia siap bertanggung jawab.
"Nggak, kalaupun yang negur Pak Presiden, jawaban saya sama. Tidak ada masalah, saya yang bertanggung jawab," tegasnya.
"Memang banyak yang menghubungi saya, tapi jawaban saya sama saja. Saya katakan ini ke semuanya, tidak ada masalah," lanjutnya.
Dia juga membantah jika disebut ada tekanan dalam penyelenggaraan diskusi itu. Menurutnya, diskusi semacam itu sudah lama dilakukan dan tidak pernah ada masalah, karena tujuan utama diskusi adalah berbagi pengetahuan.
"Tidak ada tekanan, kalau ada tekanan, itu kan dibatalkan, tapi itu tetap diselenggarakan," ungkapnya.
"Ini inisiatif teman-teman dosen muda, sudah berkali-kali acara serupa di kanal pengetahuan, terus diunggah di YouTube karena kesempatan berbagi pengalaman, pengetahuan, dan lain-lain," katanya.
Dia pun memaklumi jika diksi yang digunakan dalam judul diskusi 'PSBB: Pemerintah Sukanya Basa-Basi' terdengar sangat provokatif. Namun diksi itu, menurutnya, biasa saja dan justru sengaja digunakan sebagai pemantik.
"Kalau soal diksinya ya biasa to, untuk memprovokasi teman-teman yang muda untuk bersemangat ikut. Karena istilahnya rumpi hukum yang dikemas supaya tidak terlalu formal dan biasanya yang ikut anak muda, seperti mahasiswa dan aktivis," bebernya. (detikcom)
Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM) hari ini menyelenggarakan diskusi dengan tema kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Acara diskusi ini disiarkan live di kanal YouTube.
Sebelum acara itu dimulai, beberapa hari yang lalu beredar poster diskusi dengan judul 'PSBB: Pemerintah Sukanya Basa-Basi?'. Namun hari ini mendadak judul pada poster itu berubah menjadi 'PSBB, Policy Setengah Basa-Basi?'. Dekan FH UGM Sigit Riyanto saat dimintai konfirmasi membenarkan perubahan judul diskusi itu.
"Iya, ada perubahan (judul)," kata Sigit saat dihubungi detikcom, Rabu (20/5/2020).
Sigit mengatakan ada beberapa alasan yang mendasari perubahan judul dan desain poster itu.
"Ada beberapa alasan, pertama, itu pembicaranya ganti. Sekarang ada lima, tadinya empat. Kedua, biar lebih komunikatif," jelasnya.
Sigit pun membantah jika dikatakan bahwa perubahan judul diskusi dikarenakan ada teguran dari Istana. Menurutnya, semua tidak ada masalah dan dia siap bertanggung jawab.
"Nggak, kalaupun yang negur Pak Presiden, jawaban saya sama. Tidak ada masalah, saya yang bertanggung jawab," tegasnya.
"Memang banyak yang menghubungi saya, tapi jawaban saya sama saja. Saya katakan ini ke semuanya, tidak ada masalah," lanjutnya.
Dia juga membantah jika disebut ada tekanan dalam penyelenggaraan diskusi itu. Menurutnya, diskusi semacam itu sudah lama dilakukan dan tidak pernah ada masalah, karena tujuan utama diskusi adalah berbagi pengetahuan.
"Tidak ada tekanan, kalau ada tekanan, itu kan dibatalkan, tapi itu tetap diselenggarakan," ungkapnya.
"Ini inisiatif teman-teman dosen muda, sudah berkali-kali acara serupa di kanal pengetahuan, terus diunggah di YouTube karena kesempatan berbagi pengalaman, pengetahuan, dan lain-lain," katanya.
Dia pun memaklumi jika diksi yang digunakan dalam judul diskusi 'PSBB: Pemerintah Sukanya Basa-Basi' terdengar sangat provokatif. Namun diksi itu, menurutnya, biasa saja dan justru sengaja digunakan sebagai pemantik.
"Kalau soal diksinya ya biasa to, untuk memprovokasi teman-teman yang muda untuk bersemangat ikut. Karena istilahnya rumpi hukum yang dikemas supaya tidak terlalu formal dan biasanya yang ikut anak muda, seperti mahasiswa dan aktivis," bebernya. (detikcom)