Covid-19 masih menjadi fenomena yang diselidiki oleh tim di luar negeri maupun di Indonesia. Masih banyak hal yang menjadi pertanyaan, salah satunya adalah berapa lama seseorang mengalami sindrom pasca Covid atau long Covid.
Long Covid adalah suatu kondisi seseorang masih mengalami gejalan Covid-19, meski sudah dinyatakan negatif dari virus corona. Berdasarkan data Office for National Statistics (ONS), satu dari lima pasien Covid-19 mengalami gejala corona selama lima minggu atau lebih.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, ada bebagai teori hipotesis di dalam ilmu kedokteran, yang mungkin memberi alasan penyebab lamanya orang mengalami long Covid itu berbeda-beda.
“Itu tergantung severity atau beratnya seseorang itu tekena Covid. Kalau pasien mengalami derajat severity yang berat sampai kritis, masuk ICU, diventilator, dirawat sampai satu bulan, itu biasanya sudah mengalami proses kerusakan organ yang cukup luas. Mulai dari paru, jantung, sampai ke ginjalnya, sering ada komplikasi karena infeksi Covid itu. Pada kondisi ini, kecenderungan long Covid yang muncul bisa lebih lama,” ucap Agus dalam live Instagram Katadata bertema Kenapa Penyintas Bisa Mengalami Long Covid, seperti dalam keterangan resminya, Sabtu (23/1).
Orang dengan derajat severity yang berat, memiliki kerusakan jaringan lebih luas. Sehingga, sequelae atau gejala sisanya akan lebih lama. Bahkan, mungkin bisa saja menetap pada pasien.
Teori yang kedua tentang penyebab lamanya orang mengalami long Covid, yaitu tergantung komobid atau penyakit penyerta yang dialami seseorang ketika mengidap Covid-19.
“Tentu berbeda kalau pasien itu tidak memiliki komorbid dengan yang memiliki komorbid. Ketika infeksi Covid yang memiliki komorbid, cenderung memiliki gejala sisa yang menetap akibat Covid. Itu dua hal paling umum yang menjelaskan kenapa orang bisa long Covid ada yang cepat, ada yang lama. Tergantung severity dan komorbiditas,” ungkap Agus.
Efek yang ditimbulkan saat mengalami long Covid beragam, mulai dari delirium, sakit kepala, hingga halusinasi. Hal itu bisa terjadi karena virus menempel di reseptor ACE2 yang ada di pembuluh darah otak. Maka, menimbulkan gangguan pada sistem saraf pusat atau sistem otak.
“Bahkan, ada gangguan daya ingat. Saya punya teman sejawat yang pasca Covid itu dia sama sekali enggak ingat ketika dia dirawat. Itu salah satu (efek) long Covid, gangguan daya ingat,” kata Agus Dwi Susanto. (rol)