Seorang Muslim Suriah yang mendapat izin dari polisi Swedia untuk membakar Taurat dan Injil di depan Kedutaan Besar Israel di Stockholm memilih untuk tidak membakar kitab suci sebagai tanggapan atas provokasi pembakaran Al-Qur'an.
Merujuk pada provokasi pembakaran Alquran di bawah perlindungan polisi di Swedia, Allus mengatakan: “Ada perbedaan antara kebebasan berekspresi dan menghina kelompok etnis.
Membakar Alquran dan buku-buku agama lainnya harus dianggap sebagai kejahatan rasial. Saya mendapat izin dari polisi untuk tindakan pembakaran Taurat dan Injil untuk menarik perhatian ini. Saya sama sekali tidak berniat membakar kitab agama apa pun.”
Bulan lalu, seseorang imigran Irak yang diidentifikasi sebagai Salwan Momika membakar salinan Alquran di bawah perlindungan polisi di depan Masjid Stockholm.
Ini menimbulkan kecaman luas dari seluruh dunia Islam, termasuk Türkiye,Yordania, Palestina, Arab Saudi, Maroko, Irak, Iran, Pakistan, Senegal, Maroko, dan Mauritania.
Pada bulan Januari, seorang politikus sayap kanan juga membakar salinan Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia.
A Syrian Muslim who obtained permission from the Swedish police to burn the Torah and the Bible in front of the Israeli Embassy in Stockholm, has chosen not to burn the books.
— 5Pillars (@5Pillarsuk) July 15, 2023
Ahmet Allus said he wanted to draw attention to the fact that no sacred book should be burned.
"I am a… pic.twitter.com/z92qDjrMna