Akhir pekan ini, Perdana Menteri Scott Morrison diperkirakan mengumumkan keputusan memindah kedutaan Australia di Israel dari Tel Aviv ke ibu kota yang diperebutkan. Berbagai spekulasi muncul apakah wacana pemindahan tersebut hanya untuk menjaga kedutaan yang ada, dan atau mengakui Yerusalem sebagai ibu kota.
Abdulhadi seperti dikutip laman 9News edisi Jumat (14/12) mengatakan, dirinya percaya bahwa keputusan tersebut jika benar diputuskan sama buruknya dengan menggeser kedutaan. Dia pun memperingatkan negara-negara Arab untuk bersiap menarik duta besar dan dapat mempertimbangkan sanksi ekonomi. "Reaksi kami akan sulit," katanya.
"Kami akan meminta pemerintah Saudi untuk mengambil tindakan sulit terhadap Australia. Kami akan berbicara dengan Saudi, Negara-negara Teluk, dan juga negara-negara OKI untuk memboikot daging dan gandum dari Australia," ujarnya.
Abdulhadi mengatakan, dia telah melakukan pembicaraan tidak hanya dengan Menteri Luar Negeri Palestina melainkan pula dengan Duta Besar dari negara-negara Arab dan mayoritas Muslim lainnya, termasuk Indonesia. "Saya dapat memberitahu Anda bahwa akan ada kerusakan besar sebenarnya," katanya.
Menurutnya, Australia akan kehilangan kedudukan internasionalnya sebagai negara yang menjunjung kesetaraan dan menghormati hak asasi manusia. "Kami akan menganggap Australia sebagai negara yang mengadopsi semacam standar ganda," kata dia. Berdasarkan Perjanjian Liga Arab 1980, negara-negara Arab dapat memutuskan hubungan diplomatik dengan negara yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Morrison telah berulang kali mengatakan, mendukung solusi dua negara. Namun, Abdulhadi menilai itu hanya sebuah kata-kata yang akan ditentang jika Morrison mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.