• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Mbah Rono: "13 Gempa di Dunia yang Jumlah Korban Diatas 1000 Orang, 5 nya Terjadi di Indonesia"

    30 Desember 2018, 19:23 WIB Last Updated 2019-10-24T13:01:56Z
    Ada beberapa catatan dalam acara E-TalkShaw Tvone dari Surono, mantan Kepala Pusat  Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

    Mbah Rono, begitu kalangan media memanggilnya menyatakan, "Ada 13 Gempa di Dunia yang jumlah korban diatas 1000 orang, 5 nya terjadi di Indonesia".

    "Indonesia Subur karena berada di Daerah Bencana. Tidak ada Daerah Bencana yg tidak subur. Daerah Bencan surga utk ditinggali karena Kaya akan Sumber Daya Alam. Tinggal manusianya punya Mitigasi Bencana yang Super Duper Baiknya".

    "Tiidak boleh daerah patahan seperti Selat Sunda itu, yang memiliki penduduk yang padat, tempat zona wisata dan ada objek vital industri tidak punya alat Diteksi Dini Tsunami.

    "Tsunami bisa terjadi karena Longsor Gunung atau Gempa. Alatnya bisa tdk berfungsi, siapa itu yang bisa menyebabkan begitu".

    Akhirnya ada satu pernyataan Mbah Rono yang sangat menohok:

    "Tidak ada anak buah yang Salah, yang ada Pemimpin yang Goblogg"

    Memang sebelumnya Tsunami Selat Sunda ini sempat simpang siur. 

    Sebagaimana dilansir Tirto, masyarakat di sepanjang pantai Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan dikagetkan dengan air laut yang naik dan menerjang bangunan di sekitar pantai, pada Sabtu (22/12/2018) malam. Sesaat setelah kejadian, tepatnya pukul 22.07, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis pernyataan melalui akun twitternya jika kejadian itu bukan tsunami.

    Namun, pada pukul 23.55, BMKG meralat pernyataan itu. Melalui akun twitternya, BMKG menyebut bahwa gelombang pasang di Serang, Pandeglang, dan Lampung Selatan adalah tsunami. Kejadian ini bukan karena aktivitas gempa tektonik, melainkan akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau. 
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini