Masyarakat etnis muslim Uighur menyumbang USD 50 ribu kepada korban bencana gempa dan tsunami yang belakangan menimpa kawasan di Indonesia. Sumbangan tersebut diserahkan oleh Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur (Uighur), Seyit Tumturk, melalui dua organisasi kemanusiaan.
Salah satunya Aksi Cepat Tanggap sebanyak USD 20 ribu yang ditujukan bagi korban tsunami Selat Sunda. "Saya sampaikan belasungkawa, gempa dan tsunami di Indonesia," kata Seyit di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 12 Januari 2018.
Seyit merupakan diaspora muslim Uighur yang selama ini tinggal di Turki. Muslim Uighur adalah komunitas minoritas muslim yang bermukim di Xinjiang, Cina. Belakangan ini pemerintah Cina mendapatkan banyak kritik internasional karena dianggap melakukan pelanggaran HAM kepada etnis tersebut, antara lain dengan menahan mereka di kamp-kamp khusus.
Pada Agustus 2018, sebuah komite PBB mendapat laporan bahwa hingga satu juta warga Uighur dan kelompok muslim lainnya ditahan di wilayah Xinjiang barat tanpa proses pengadilan. Di sana mereka menjalani apa yang disebut program 'reedukasi, atau 'pendidikan ulang'. Sebuah program indoktrinasi kepada masyarakat Uighur yang dianggap ekstremis.
Seyit mengatakan bantuan yang mereka berikan merupakan bentuk terima kasih, karena masyarakat Indonesia telah memberi dukungan moral kepada etnis Uighur yang ditindas. Dia turut berduka atas bencana yang menimpa Indonesia dan ingin bertemu langsung dengan korban bencana. "Meskipun sedikit, saya bersama masyarakat Turkistan Timur memberikan bantuan USD 50 ribu dolar bagi yang mendapatkan musibah," katanya.
Senior Vice President ACT, Syuhelmaidi mengatakan bantuan dari muslim Uighur akan diserahkan lembaganya kepada korban tsunami Selat Sunda. Dia mengatakan, ACT punya rencana untuk membangun shelter pengungsian di Lampung, dan pemulihan kondisi para nelayan di Banten. "Kami mau ajak tim dari Uighur untuk ke Lampung," katanya. [tempo]
Salah satunya Aksi Cepat Tanggap sebanyak USD 20 ribu yang ditujukan bagi korban tsunami Selat Sunda. "Saya sampaikan belasungkawa, gempa dan tsunami di Indonesia," kata Seyit di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 12 Januari 2018.
Seyit merupakan diaspora muslim Uighur yang selama ini tinggal di Turki. Muslim Uighur adalah komunitas minoritas muslim yang bermukim di Xinjiang, Cina. Belakangan ini pemerintah Cina mendapatkan banyak kritik internasional karena dianggap melakukan pelanggaran HAM kepada etnis tersebut, antara lain dengan menahan mereka di kamp-kamp khusus.
Pada Agustus 2018, sebuah komite PBB mendapat laporan bahwa hingga satu juta warga Uighur dan kelompok muslim lainnya ditahan di wilayah Xinjiang barat tanpa proses pengadilan. Di sana mereka menjalani apa yang disebut program 'reedukasi, atau 'pendidikan ulang'. Sebuah program indoktrinasi kepada masyarakat Uighur yang dianggap ekstremis.
Seyit mengatakan bantuan yang mereka berikan merupakan bentuk terima kasih, karena masyarakat Indonesia telah memberi dukungan moral kepada etnis Uighur yang ditindas. Dia turut berduka atas bencana yang menimpa Indonesia dan ingin bertemu langsung dengan korban bencana. "Meskipun sedikit, saya bersama masyarakat Turkistan Timur memberikan bantuan USD 50 ribu dolar bagi yang mendapatkan musibah," katanya.
Senior Vice President ACT, Syuhelmaidi mengatakan bantuan dari muslim Uighur akan diserahkan lembaganya kepada korban tsunami Selat Sunda. Dia mengatakan, ACT punya rencana untuk membangun shelter pengungsian di Lampung, dan pemulihan kondisi para nelayan di Banten. "Kami mau ajak tim dari Uighur untuk ke Lampung," katanya. [tempo]