Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah tidak setuju dengan tindakan Menkopolhukam Wiranto yang mengancam akan menutup media. Ia menilai cara itu salah dalam menangani kebebasan.
Fahri mengatakan kebebasan adalah harga mati. Maka, kapastias pemerintahlah yang harusnya menyesuaikan dengan kebebasan yang dimiliki masyarakat tersebut.
"Masyarakat bebas itu hasilnya Amerika, Eropa, itu masyarakat bebas semua itu hasilnya baik, positif. Jadi ini mesti dijaga. Kapasitas pemerintah untuk mengelola kebebasan itu yang perlu diperbaki," kata Fahri usai mengikuti buka puasa bersama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, di Istana Negara, Jakarta, Senin 6 Mei 2019.
Dia melihat pemerintah cenderung panik dalam menyikapi berbagai kebebasan yang ada di masyarakat. Padahal, dalam pandangan dia kebebasan di Indonesia saat ini masih dalam batas kewajaran.
Mestinya, pemerintah memperbaiki diri. Fahri menyebut banyak orang pintar dan bagus di pemerintahan yang sebenarnya cakap menjawab. Maka ia meminta, agar pemerintah bersuara dan memberi penjelasan, tidak langsung memberangus kebebasan.
"Masa segini banyak orang di pemerintahan jago-jago, dapat gaji, dapat mobil dinas, nggak bisa menjawab nggak bisa menjelaskan ke media apa yang bisa bikin tenang di masyarakat. Jangan berlebihan lah," kata politisi asal Sumbawa NTB itu.
Dia semakin yakin di pemerintah sendiri terutama lingkungan Istana, juga ada setan gundul. Layaknya yang diistilahkan politisi Demokrat Andi Arief, Fahri juga mengatakan setan gundul ini nyata adanya. Hendak merampas kebebasan yang dimiliki masyarakat.
"Itu tadi yang saya bilang, setan gundul yang ingin merampas kebebasan media, ingin merampas kebebasan orang berbicara. Itu setan gundul itu," katanya.
Setan gundul ini, ingin membawa hawa yang tidak baik dalam demokrasi Indonesia. Ia meminta, agar kebebasan saat ini tidak dihambat-hambat. Sebab kebebasan itu sangat penting. Jangan sampai, peradaban bangsa yang terus maju, justru mundur lantaran mengekang kebebasan.
"Demokrasi ini sudah segala-galanya bagi kita jangan mau di hambat-hambat. Kebabasan itu paling penting, jangan kita kembali ke belakang. Kapasitas pemerintah ini yang mengelola itu yang harus diperbaiki," tuturnya. (Viva)
Fahri mengatakan kebebasan adalah harga mati. Maka, kapastias pemerintahlah yang harusnya menyesuaikan dengan kebebasan yang dimiliki masyarakat tersebut.
"Masyarakat bebas itu hasilnya Amerika, Eropa, itu masyarakat bebas semua itu hasilnya baik, positif. Jadi ini mesti dijaga. Kapasitas pemerintah untuk mengelola kebebasan itu yang perlu diperbaki," kata Fahri usai mengikuti buka puasa bersama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, di Istana Negara, Jakarta, Senin 6 Mei 2019.
Dia melihat pemerintah cenderung panik dalam menyikapi berbagai kebebasan yang ada di masyarakat. Padahal, dalam pandangan dia kebebasan di Indonesia saat ini masih dalam batas kewajaran.
Mestinya, pemerintah memperbaiki diri. Fahri menyebut banyak orang pintar dan bagus di pemerintahan yang sebenarnya cakap menjawab. Maka ia meminta, agar pemerintah bersuara dan memberi penjelasan, tidak langsung memberangus kebebasan.
"Masa segini banyak orang di pemerintahan jago-jago, dapat gaji, dapat mobil dinas, nggak bisa menjawab nggak bisa menjelaskan ke media apa yang bisa bikin tenang di masyarakat. Jangan berlebihan lah," kata politisi asal Sumbawa NTB itu.
Dia semakin yakin di pemerintah sendiri terutama lingkungan Istana, juga ada setan gundul. Layaknya yang diistilahkan politisi Demokrat Andi Arief, Fahri juga mengatakan setan gundul ini nyata adanya. Hendak merampas kebebasan yang dimiliki masyarakat.
"Itu tadi yang saya bilang, setan gundul yang ingin merampas kebebasan media, ingin merampas kebebasan orang berbicara. Itu setan gundul itu," katanya.
Setan gundul ini, ingin membawa hawa yang tidak baik dalam demokrasi Indonesia. Ia meminta, agar kebebasan saat ini tidak dihambat-hambat. Sebab kebebasan itu sangat penting. Jangan sampai, peradaban bangsa yang terus maju, justru mundur lantaran mengekang kebebasan.
"Demokrasi ini sudah segala-galanya bagi kita jangan mau di hambat-hambat. Kebabasan itu paling penting, jangan kita kembali ke belakang. Kapasitas pemerintah ini yang mengelola itu yang harus diperbaiki," tuturnya. (Viva)