Hampir semua lembaga survei di negeri ini hanya menampilkan kebohongan ke publik.
Begitu dikatakan Wakil Direktur Bidang Riset Sabang Merauke Institute (SMI), Syahganda Nainggolan di Media Center Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (24/4).
"Saya tahu persis bahwa semua lembaga survei itu penipu," ucap pria bergelar doktor riset ini.
Syahganda menyoroti penjelasan Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), Philips J Vermonte tentang perbedaan antara quick count (hitung cepat) dengan survei.
Quick count, kata Philips, meneliti berdasarkan eksak atau angka. Sedangkan survei adalah meneliti opini.
"Itu adalah pernyataan kegoblokan orang yang nggak ngerti survei. Karena dalam terminologi statistik dan metodologi survei cuma ada dua, survei atau sensus. Survei itu base on sample, sensus itu populasi. Kalau quick count itu base on sample. Berarti quick count juga adalah survei. Itu aja dia sudah nggak ngerti," kritik Syahganda.
Syahganda lantas membeberkan propaganda hasil survei capres petahana, Jokowi yang dilakukan pengusaha survei politik, Denny JA.
"Jadi saya tahu Denny JA tidak pernah lebih dari 50 persen survei itu Jokowi menang. Tapi dia mempropagandakan terus Jokowi 50-an persen. Saya tanya Den, Jokowi lu mau bikin sampai berapa? 60 persen Gan, dia bilang. Lu gila, gue bilang. Intelektual lu pelacur. Karena Denny JA teman saya di aktivis 80 sampai sekarang," ungkapnya.
Apa yang dilakukan oleh Denny JA itu dinilainya sesuatu di luar nalar. Syahganda pun bersumpah pernah diajak Denny JA ikutan jadi pelacur intelektual tapi ditolaknya.
"Dia bilang lu ikut gue aja Gan, lu akan jadi kaya. Den gue bilang gue bukan kayak lu. Lu intelektual pelacur. Gue bukan intelektual pelacur. Karena gue dikader oleh Hariman Siregar dan lain-lain untuk menjadi orang idealis di republik ini. Itu demi Allah Denny JA itu ngajak saya jadi pelacur juga. Tapi ya sudahlah ini kebohongan-kebohongan," tuturnya.
Hal itu disampaikan Syahganda di hadapan Ketua Bawaslu, Abhan dan anggota Bawaslu, Rahmat Bagja saat beraudiensi dengan Komando Barisan Rakyat Lawan Pemilu Curang (Kobar Perang).
"Jadi harapan saya kepada pimpinan Bawaslu, please selamatkan bangsa ini, jangan sampai kita main-main, orang-orang teriak NKRI harga mati tapi penipu semua," pungkasnya.
Dalam quick count hasil Pilpres 2019yang dirilis beberapa lembaga survei gabungan Persepsi, Jokowi-Maruf memperoleh suara terbanyak dibandingkan rivalnya, Prabowo-Sandi. (rmol)
Begitu dikatakan Wakil Direktur Bidang Riset Sabang Merauke Institute (SMI), Syahganda Nainggolan di Media Center Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (24/4).
"Saya tahu persis bahwa semua lembaga survei itu penipu," ucap pria bergelar doktor riset ini.
Syahganda menyoroti penjelasan Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), Philips J Vermonte tentang perbedaan antara quick count (hitung cepat) dengan survei.
Quick count, kata Philips, meneliti berdasarkan eksak atau angka. Sedangkan survei adalah meneliti opini.
"Itu adalah pernyataan kegoblokan orang yang nggak ngerti survei. Karena dalam terminologi statistik dan metodologi survei cuma ada dua, survei atau sensus. Survei itu base on sample, sensus itu populasi. Kalau quick count itu base on sample. Berarti quick count juga adalah survei. Itu aja dia sudah nggak ngerti," kritik Syahganda.
Syahganda lantas membeberkan propaganda hasil survei capres petahana, Jokowi yang dilakukan pengusaha survei politik, Denny JA.
"Jadi saya tahu Denny JA tidak pernah lebih dari 50 persen survei itu Jokowi menang. Tapi dia mempropagandakan terus Jokowi 50-an persen. Saya tanya Den, Jokowi lu mau bikin sampai berapa? 60 persen Gan, dia bilang. Lu gila, gue bilang. Intelektual lu pelacur. Karena Denny JA teman saya di aktivis 80 sampai sekarang," ungkapnya.
Apa yang dilakukan oleh Denny JA itu dinilainya sesuatu di luar nalar. Syahganda pun bersumpah pernah diajak Denny JA ikutan jadi pelacur intelektual tapi ditolaknya.
"Dia bilang lu ikut gue aja Gan, lu akan jadi kaya. Den gue bilang gue bukan kayak lu. Lu intelektual pelacur. Gue bukan intelektual pelacur. Karena gue dikader oleh Hariman Siregar dan lain-lain untuk menjadi orang idealis di republik ini. Itu demi Allah Denny JA itu ngajak saya jadi pelacur juga. Tapi ya sudahlah ini kebohongan-kebohongan," tuturnya.
Hal itu disampaikan Syahganda di hadapan Ketua Bawaslu, Abhan dan anggota Bawaslu, Rahmat Bagja saat beraudiensi dengan Komando Barisan Rakyat Lawan Pemilu Curang (Kobar Perang).
"Jadi harapan saya kepada pimpinan Bawaslu, please selamatkan bangsa ini, jangan sampai kita main-main, orang-orang teriak NKRI harga mati tapi penipu semua," pungkasnya.
Dalam quick count hasil Pilpres 2019yang dirilis beberapa lembaga survei gabungan Persepsi, Jokowi-Maruf memperoleh suara terbanyak dibandingkan rivalnya, Prabowo-Sandi. (rmol)