Rencana Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) akan mensosialisasikan Pancasila melalui platform media sosial seperti TikTok dinilai berlebihan.
Pasalnya, dari rencana tersebut menjadikan Pancasila yang notabene dasar ideologi negara seolah menjadi barang mainan.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedy Kurnia Syah saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (19/2).
"Ide tersebut hemat saya latah teknologi. Pancasila bukan mainan, bukan sekedar untuk menghafal sila per sila," tegasnya.
Menurut Dedy Kurnia Syah, ide menggunakan platform medsos untuk membumikan Pancasila dinilai tidak memiliki orientasi yang jelas. Sebab, aplikasi TikTok cenderung digunakan milenials untuk sekadar hiburan dan mainan.
"Tidak memiliki roadmap yang jelas. BPIP semakin hari menampakkan kegagalan," kata pengamat politik asal Universitas Telkom ini.
Atas dasar itu, Dedy Kurnia Syah sepakat jika BPIP lebih baik dibubarkan lantaran semakin terkesan tidak berfungsi. Dia menyarankan agar pembinaan ideologi Pancasila dikembalikan ke kurikulum sekolah.
"Sangat layak dibubarkan, dan negara mengalihkan semua sumber daya BPIP ke kurikulum sekolah dan perguruan tinggi," pungkasnya. [Rakyat Merdeka Online]
***
Netijen alias Warganet pun ikut bereaksi yang cenderung prihatin atas arahan Jokowi, kalau BPIP pakai Tiktok untuk Sosialisasi Pancasila, diantaranya:
Pasalnya, dari rencana tersebut menjadikan Pancasila yang notabene dasar ideologi negara seolah menjadi barang mainan.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedy Kurnia Syah saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (19/2).
"Ide tersebut hemat saya latah teknologi. Pancasila bukan mainan, bukan sekedar untuk menghafal sila per sila," tegasnya.
Menurut Dedy Kurnia Syah, ide menggunakan platform medsos untuk membumikan Pancasila dinilai tidak memiliki orientasi yang jelas. Sebab, aplikasi TikTok cenderung digunakan milenials untuk sekadar hiburan dan mainan.
"Tidak memiliki roadmap yang jelas. BPIP semakin hari menampakkan kegagalan," kata pengamat politik asal Universitas Telkom ini.
Atas dasar itu, Dedy Kurnia Syah sepakat jika BPIP lebih baik dibubarkan lantaran semakin terkesan tidak berfungsi. Dia menyarankan agar pembinaan ideologi Pancasila dikembalikan ke kurikulum sekolah.
"Sangat layak dibubarkan, dan negara mengalihkan semua sumber daya BPIP ke kurikulum sekolah dan perguruan tinggi," pungkasnya. [Rakyat Merdeka Online]
***
Netijen alias Warganet pun ikut bereaksi yang cenderung prihatin atas arahan Jokowi, kalau BPIP pakai Tiktok untuk Sosialisasi Pancasila, diantaranya:
Jaman dulu utk memahami pancasila ada pelajarannya PMP ada penatarannya jg saat ospek skrg ckp dgn tik tok kan 😂— Ita Mustika (@sintamustikaw) February 19, 2020
Bersahabat dengan Tik Tok,— Petruk Sosmed (@wes_wel) February 19, 2020
Bermusuhan dengan Agama...
Gaol kagak,— Emak galak. (@HuseinShelly) February 19, 2020
Keliatan ga ada wibawa nya, iya.
Kalo dulu ada istilah :KorMod.. Alias KOR ban MOD e.
Kl yg seperti diatas itu, KOR MED..
Korban Medsos.
🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄😅
Membumikan Pancasila make Tik Tok apa sambil joget2 alay gitu, ya... 😪— 🇮🇩 M. Taufik Mirzan 🇵🇸 (@mtaufikmJKT48) February 19, 2020
Terlalu mengikuti trend yang ketika ada aplikasi baru bikin akun lagi back to basic seharusnya book, training or courses kalo mau ada wamil sederhana biar meperkuat pendisiplinan diri di era globalisasi— Titan Rahadian (@titanrahadian) February 19, 2020
Malah bikin Pancasila jadi ikutan Alay......— Cak Eddy (@eddycaksby) February 19, 2020
Sungguh merendahkan Pancasila krn hanya akan buat lucu2an di tik tok...
Jaman DULU menggiatkan budaya MEMBACA dan mengajak rajin ke PERPUSTAKAAN. Jaman sekarang TIK TOK untuk PANCASILA— Zara (@zarazettirazr) February 19, 2020
Mau komen takut di suspen
https://t.co/nFbACFH6jT
Sebelumnya sebagaimana dilansir cnnindonesia.com berikut ini, Kepala Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan pihaknya berencana menggunakan sejumlah platform media sosial (medsos) untuk menyosialisasikan Pancasila ke generasi muda. Platform media sosial yang akan digunakan mulai dari Youtube, Blog, hingga Tiktok.
"Alatnya itu maksud saya ada Youtube, ada Blogger, ada pokoknya medsos yang sekarang digital lah. Digital mode ini kita pakai, sehingga nanti akan ada, ya termasuk Tiktok segala macam itu," kata Yudian dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi II di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (18/2).
Yudian mengatakan langkah itu diambil untuk menjawab permintaan Presiden Joko Widodo yang ingin BPIP fokus kepada generasi milenial. [cnnindonesia.com]