Setiap kali terjadi guncangan ekonomi dengan skala global, selalu ada ‘warisan’ yang ditinggalkan. Guncangan ekonomi besar yang meluluhlantakkan ekonomi global, terutama Amerika Serikat, yakni Great Depression (Depresi Besar) yang terjadi 1929-1933 meninggalkan sebuah warisan berupa ‘mantra’ penting, yakni “Waste not, Want not”, yang artinya tidak membuang-buang sumber daya, dan juga membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Selama puluhan tahun setelah Great Depression, rakyat Amerika membiasakan diri hidup berhemat, dan tidak boros dalam menggunakan uang.
Hiperinflasi di Republik Weimar, sebuah sebutan untuk negara Jerman 1918 hingga 1933 sebelum Nazi berkuasa, masih menghantui dan mempengaruhi kebijakan fiskal Jerman yang terkenal sangat hati-hati hingga sekarang. Jerman, bagaimanapun adalah sebuah negara maju pada abad 19-dan 20 awal, hingga kemudian Perang Dunia I menggerus semuanya. Bayangkan, harga sepotong roti tawar yang sekitar 160 Mark pada akhir 1922, menjadi seharga 200,000,000,000 Marks pada akhir 1923. Lalu $1 senilai dengan 4,210,500,000,000 Marks. Begitu tak berharganya uang waktu itu, banyak gumpalan-gumpalan uang yang dibakar hanya untuk menghangatkan bada saat musim dingin.
Krisis keuangan Asia 1998 membuat negara-negara Asia mati-matian menyimpan cadangan dalam jumlah terbesar di dunia. Baru-baru ini, krisis keuangan global tahun 2008 menghantam dan membuat resah banyak negara dengan demokrasi yang sudah matang, dan salah satu warisannya adalah upah pekerja yang naik sedikit-sedikit, setidaknya hingga 1 dekade setelah krisis.
Kali ini, wabah penyakit yang mengguncang perekonomian dunia. Hanya dalam hitungan minggu, jutaan orang di Kawasan yang terkena dampak ‘serangan’ Covid-19 makin terbiasa mengenakan masker, sering sekali cuci tangan maupun mencuci makanan secara teliti sebelum dimakan/dimasak, menyimpan kebutuhan pokok, membatalkan pertemuan sosial dan bisnis, membatalkan rencana perjalanan, dan bekerja dari rumah. Bahkan negara-negara dengan kasus yang relatif sedikit pun juga mengambil berbagai tindakan pencegahan.
Jejak-jejak kebiasaan seperti itu akan bertahan lama, bertahun setelah Covid-19 teratasi, dan akan mengurangi banyak permintaan (demand) akan barang-barang. Di sisi penawaran (suplai), pabrikan-pabrikan internasional akan dipaksa untuk memikirkan kembali di mana akan membeli bahan baku dan memproduksi barang-barang mereka; sesuatu yang akan mempercepat pergeseran setelah perang perdagangan AS-China mengungkapkan risiko dari mengandalkan satu sumber saja untuk komponen-komponen produk.
Di dunia kerja kerah putih, tempat kerja telah menambah opsi untuk teleworking dan shift yang terhuyung-huyung - mengantar ke era baru di mana pekerjaan dari rumah merupakan bagian yang semakin meningkat dari jadwal rutin orang.
"Begitu kebijakan kerja-dari-rumah yang efektif diterapkan, maka makin banyak orang yang akan memilih untuk sebisa mungkin bekerja dari rumah (tanpa harus ke kantor)" kata Karen Harris, direktur pelaksana konsultasi Bain's Macro Trends Group di New York.
Kampus-kampus dan sekolah-sekolah akan mulai memperkaya pengajaran dan pelajaran secara online, agar bisa diakses tak hanya dari rumah-rumah, namun juga oleh mahasiswa-mahasiswa atau pelajar-pelajar dari luar negara. Ini akan meningkatkan inovasi di bidang pengajaran online dalam berbagai sisi.
Sektor pariwisata juga mengalami pukulan paling dramatis. Begitu banyak penerbangan, kapal penyeberangan, kapal pesiar, hotel, restoran dan jaringan bisnis wisata mengurangi, atau berkurang omzetnya secara sangat signifikan. Di seluruh dunia, 1 dari 10 orang bekerja di sector yang berhubungan dengan pariwisata. Perlu waktu memang, sektor ini untuk pulih seperti sedia kala.
Dampak dari wabah Coronavirus ini tentu saja juga telah mengubah kebijakan ekonomi begitu banyak negara, yang mengubah target pertumbuhannya, pun juga mengalokasikan anggaran-anggaran di sektor lain untuk penanganan wabah, dan juga bantuan-bantuan ekonomi langsung pada mereka yang terdampak langsung secara ekonomi, utamanya rakyat kecil. Bertahun ke depan, pemerintah dari berbagai negara akan menganggarkan anggaran untuk mencegah mewabahnya penyakit-penyakit, dan ini juga akan mengurangi anggaran di sektor lain.
Higienitas juga sedang menjadi prioritas utama banyak pihak, baik pemerintah, maupun swasta, dan masyarakat umum. Negara-negara seperti Singapura dan Korea Selatan akan segera menerapkan standar-standar baru higienitas yang akan diberlakukan dan wajib dilaksanakan semua pihak.
Wabah ini juga telah membuat semua negara mengetatkan perbatasannya, juga cakupan asuransi, dan juga cara orang bekerja dan pergi bekerja ke kantor (sekolah) dengan pola dan cara baru dan berbeda.
Di Cina, badan legislatifnya telah memberlakukan larangan total terhadap perdagangan dan konsumsi hewan liar, menyusul temuan para ilmuwan bahwa virus korona yang mematikan bermigrasi dari hewan ke manusia. Peraturan kebersihan tambahan yang ketat diharapkan akan mempercepat dorongan oleh konsumen yang waspada terhadap belanja online. Selain itu, belanja online juga akan makin digemari karena orang juga mengurangi berkunjung ke mal atau pasar.
Dimulai di negara-negara maju, mungkin nantinya rumah-rumah sakit akan menerapkan konsultasi kesehatan secara online, untuk menghindari kerumunan di ruang tunggu dan kamar-kamar pasien. Resep-resep akan diberikan secara online, bahkan obat-obatan dari resep dokter akan diberikan melalui online, dan obatnya dikirim melalui jasa kurir.
Pada hal yang mendasar, makin banyak orang yang mungkin lebih memilih untuk di rumah bersama keluarga atau tetangga-tetangga terdekat, karena kebijakan bekerja di rumah, atau bisa jadi, belajar dari rumah. Jika ini benar bisa menjadi pola hidup baru, maka dapat dipastikan jalanan makin lengang, kemacetan akan berkurang secara signifikan, konsumsi BBM akan turun, subsisi BBM juga akan turun, belanja online makin booming, pesan makan online pun akan mengalami hal yang sama. Sebuah dunia baru yang sama sekali berbeda dengan yang lama, akan kita temui. (gni)
Foto keluarga miskin di masa Great Depression 1936 di Oklahoma, AS | Dorothea Lange Wikimedia Commons |
Hiperinflasi di Republik Weimar, sebuah sebutan untuk negara Jerman 1918 hingga 1933 sebelum Nazi berkuasa, masih menghantui dan mempengaruhi kebijakan fiskal Jerman yang terkenal sangat hati-hati hingga sekarang. Jerman, bagaimanapun adalah sebuah negara maju pada abad 19-dan 20 awal, hingga kemudian Perang Dunia I menggerus semuanya. Bayangkan, harga sepotong roti tawar yang sekitar 160 Mark pada akhir 1922, menjadi seharga 200,000,000,000 Marks pada akhir 1923. Lalu $1 senilai dengan 4,210,500,000,000 Marks. Begitu tak berharganya uang waktu itu, banyak gumpalan-gumpalan uang yang dibakar hanya untuk menghangatkan bada saat musim dingin.
Anak-anak bermain layangan yang terbuat dari kertas uang Mark Jerman | KEYSTONE/GETTY IMAGES |
Krisis keuangan Asia 1998 membuat negara-negara Asia mati-matian menyimpan cadangan dalam jumlah terbesar di dunia. Baru-baru ini, krisis keuangan global tahun 2008 menghantam dan membuat resah banyak negara dengan demokrasi yang sudah matang, dan salah satu warisannya adalah upah pekerja yang naik sedikit-sedikit, setidaknya hingga 1 dekade setelah krisis.
Kali ini, wabah penyakit yang mengguncang perekonomian dunia. Hanya dalam hitungan minggu, jutaan orang di Kawasan yang terkena dampak ‘serangan’ Covid-19 makin terbiasa mengenakan masker, sering sekali cuci tangan maupun mencuci makanan secara teliti sebelum dimakan/dimasak, menyimpan kebutuhan pokok, membatalkan pertemuan sosial dan bisnis, membatalkan rencana perjalanan, dan bekerja dari rumah. Bahkan negara-negara dengan kasus yang relatif sedikit pun juga mengambil berbagai tindakan pencegahan.
Jejak-jejak kebiasaan seperti itu akan bertahan lama, bertahun setelah Covid-19 teratasi, dan akan mengurangi banyak permintaan (demand) akan barang-barang. Di sisi penawaran (suplai), pabrikan-pabrikan internasional akan dipaksa untuk memikirkan kembali di mana akan membeli bahan baku dan memproduksi barang-barang mereka; sesuatu yang akan mempercepat pergeseran setelah perang perdagangan AS-China mengungkapkan risiko dari mengandalkan satu sumber saja untuk komponen-komponen produk.
Di dunia kerja kerah putih, tempat kerja telah menambah opsi untuk teleworking dan shift yang terhuyung-huyung - mengantar ke era baru di mana pekerjaan dari rumah merupakan bagian yang semakin meningkat dari jadwal rutin orang.
"Begitu kebijakan kerja-dari-rumah yang efektif diterapkan, maka makin banyak orang yang akan memilih untuk sebisa mungkin bekerja dari rumah (tanpa harus ke kantor)" kata Karen Harris, direktur pelaksana konsultasi Bain's Macro Trends Group di New York.
Kampus-kampus dan sekolah-sekolah akan mulai memperkaya pengajaran dan pelajaran secara online, agar bisa diakses tak hanya dari rumah-rumah, namun juga oleh mahasiswa-mahasiswa atau pelajar-pelajar dari luar negara. Ini akan meningkatkan inovasi di bidang pengajaran online dalam berbagai sisi.
Sektor pariwisata juga mengalami pukulan paling dramatis. Begitu banyak penerbangan, kapal penyeberangan, kapal pesiar, hotel, restoran dan jaringan bisnis wisata mengurangi, atau berkurang omzetnya secara sangat signifikan. Di seluruh dunia, 1 dari 10 orang bekerja di sector yang berhubungan dengan pariwisata. Perlu waktu memang, sektor ini untuk pulih seperti sedia kala.
Dampak dari wabah Coronavirus ini tentu saja juga telah mengubah kebijakan ekonomi begitu banyak negara, yang mengubah target pertumbuhannya, pun juga mengalokasikan anggaran-anggaran di sektor lain untuk penanganan wabah, dan juga bantuan-bantuan ekonomi langsung pada mereka yang terdampak langsung secara ekonomi, utamanya rakyat kecil. Bertahun ke depan, pemerintah dari berbagai negara akan menganggarkan anggaran untuk mencegah mewabahnya penyakit-penyakit, dan ini juga akan mengurangi anggaran di sektor lain.
Higienitas juga sedang menjadi prioritas utama banyak pihak, baik pemerintah, maupun swasta, dan masyarakat umum. Negara-negara seperti Singapura dan Korea Selatan akan segera menerapkan standar-standar baru higienitas yang akan diberlakukan dan wajib dilaksanakan semua pihak.
Wabah ini juga telah membuat semua negara mengetatkan perbatasannya, juga cakupan asuransi, dan juga cara orang bekerja dan pergi bekerja ke kantor (sekolah) dengan pola dan cara baru dan berbeda.
Di Cina, badan legislatifnya telah memberlakukan larangan total terhadap perdagangan dan konsumsi hewan liar, menyusul temuan para ilmuwan bahwa virus korona yang mematikan bermigrasi dari hewan ke manusia. Peraturan kebersihan tambahan yang ketat diharapkan akan mempercepat dorongan oleh konsumen yang waspada terhadap belanja online. Selain itu, belanja online juga akan makin digemari karena orang juga mengurangi berkunjung ke mal atau pasar.
Dimulai di negara-negara maju, mungkin nantinya rumah-rumah sakit akan menerapkan konsultasi kesehatan secara online, untuk menghindari kerumunan di ruang tunggu dan kamar-kamar pasien. Resep-resep akan diberikan secara online, bahkan obat-obatan dari resep dokter akan diberikan melalui online, dan obatnya dikirim melalui jasa kurir.
Pada hal yang mendasar, makin banyak orang yang mungkin lebih memilih untuk di rumah bersama keluarga atau tetangga-tetangga terdekat, karena kebijakan bekerja di rumah, atau bisa jadi, belajar dari rumah. Jika ini benar bisa menjadi pola hidup baru, maka dapat dipastikan jalanan makin lengang, kemacetan akan berkurang secara signifikan, konsumsi BBM akan turun, subsisi BBM juga akan turun, belanja online makin booming, pesan makan online pun akan mengalami hal yang sama. Sebuah dunia baru yang sama sekali berbeda dengan yang lama, akan kita temui. (gni)