• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Dulu Ateis, Gamer Zahra Fielding Temukan Islam Lewat Game

    28 Mei 2020, 18:26 WIB Last Updated 2020-05-28T11:36:26Z
    Pemain gim (gamer) Zahra Fielding tak pernah berharap gim yang diunduhnya tentang Ottoman mengenalkannya pada teman-teman baru, apalagi Islam. Gim itu telah menarik perhatiannya. "Saat saya pertama kali mengunduh gim itu karena saya penasaran menemukannya di Facebook, dan itu benar-benar iklan yang sangat salah. Tak mungkin ada gim seperti ini, yang melakukan itu semua, berbicara tentang wanita dengan cara itu," ujar Zahra seperti dilansir ABC News, Sabtu (23/5).

    Gim itu adalah Game of Sultans, sebuah gim bermain peran simulasi kerajaan. Dalam iklannya, gim itu membuat pemainnya berupaya tetap menjadi penguasa kekaisaran Ottoman. Gim ini mengajak pemainnya menjalin aliansi dan memerangi lawan. 

    Gim itu juga mendorong pemainnya mengumpulkan wanita, memilih istri dan selir serta membina pewarisnya. Namun demikian, Zahra mengatakan gim itu ternyata tak seperti yang ditunjukan dalam iklan yang dipublikasikan. 

    Ketika Zahra mulai bermain gim itu, ia bergabung dengan tim berisi gamers lainnya yang berasal dari Australia dan Asia. "Mungkin gamers datang pada saat yang penting dalam hidup saya. Saya benar-benar kesepian dan merasa kehilangan. Seperti tak bahagia dalam karir, tak bahagia dalam kehidupan pribadi, saya lajang untuk waktu yang sangat lama. Dan saya baru saja bertemu dengan sekelompok orang yang luar biasa dari berbagai negara, dimana saya tak pernah punya kesempatan terhubung dengan mereka seperti di sini," kata Zahra. 

    Dalam gim itu, Zahra pun berkenalan dengan Kim Assikin seorang gamer asal Singapura.  "Ada koneksi yang cepat dengannya, saat kami mulai berkirim pesan. Saya tak tahu mengapa dan bagaimana, tapi masing-masing kami akan menyelesaikan setiap kalimat percakapan," katanya. 

    Tim Zahra dan Kim pun mulai serius membangun strategi dalam gim itu. Mereka pun membuat grup obrolan di Discord yakni platform yang populer di kalangan gamer yang juga menjadi tempat berbagi foto dan profil tentang diri mereka. 

    Kala itu Kim ragu-ragu, sebab dia adalah satu-satunya gamer yang mengenakan jilbab dalam timnya. "Saya sedikit khawatir, bagaimana nanti rekan tim saya memandang saya, apakah saya akan dihakimi karena agama saya?" kata Kim.  


    Kim 

    Namun akhirnya Kim memutuskan untuk jujur dengan rekan satu timnya. Sebab bagaimanapun, teman satu timnya dalam gim itu secara tak sadar telah membantunya melewati masa-masa sulit setelah Kim ditinggal ayahnya. 

    "Saya baru kehilangan ayah sebelum saya memulai gim itu. Berhubung mereka (teman dalam gim) memberi saya sedikit kedamaian, dan mengalihkan pikiran saya dari kehilangan ayah untuk sementara waktu, jadi saya pikir saya tak ingin berbohong kepada mereka. Saya yakin mereka bisa menerima saya apa adanya," kata Kim. 

    "Saya pikir hijab adalah lambang penindasan"

    Semakin Zahra dekat dengan Kim, semakin ia berani membicarakan topik keagamaan. Meski sebelumnya tidak beragama atau ateis, Zahra merasa pandangan tentang Islam telah terkontaminasi oleh pengalamannya di masa lalu.

    "Satu-satunya hubungan saya dengan Islam adalah beberapa tahun lalu, ketika salah satu teman baik saya mulai berpacaran dengan pria Muslim Afghanistan," kata dia.


    "Pada waktu itu, pria itu adalah Muslim yang taat, tapi sekarang saat saya sudah tahu banyak tentang kepercayaan Islam. Sebelumnya saya pikir dia seorang penindas atau sangat mengontrol."

    Bagi Zahra, pengalaman temannya, yang saat itu mulai memakai hijab, serta penggambaran negatif agama Islam di media membuatnya memiliki prasangka buruk soal perempuan yang memakai hijab demi agama.

    "Saya pikir hijab adalah lambang penindasan. Tapi saya tidak pernah punya kesempatan bertanya tentang ini kepada siapapun. Jadi, saya bertanya kepada Kim … dan saya ternyata saya salah besar," kata dia.

    "Ketika seorang perempuan mengenakan hijab, tujuannya agar orang mengenal mereka karena kepribadiannya, bukan karena penampilannya," kata Zahra.

    "Ini sesuai dengan pandangan saya, dan sesuai dengan pola asuhan saya. Selama ini saya dihakimi berdasarkan penampilan fisik saya."

    Berganti kepercayaan dari ateis menjadi Islam

    Percakapan mengenai hijab berujung kepada pembicaraan soal kepercayaan Islam secara keseluruhan. Namun, Kim sempat merasa minder karena merasa pengalamannya tidak bisa mewakili seluruh umat Muslim.

    "Ketika Zahra mulai bertanya kepada saya tentang Islam, saya sesungguhnya sangat takut," kata Kim sambil tertawa.

    "Saya takut karena saya bukanlah sosok perempuan Muslim. Saya selalu berpikir saya adalah pemberontak."

    Ketika kecil, Kim dipaksa untuk mengenakan hijab dan taat beribadah oleh ibunya. Ia dibesarkan dalam keluarga yang menerapkan banyak aturan dan sering dicari kesalahannya.

    "Pertanyaan dari [Zahra] membuat saya merefleksikan diri, apakah saya sudah benar-benar cukup taat beragama," kata Kim.

    Kim mengatakan merasa senang ketika Zahra bertanya soal kepercayaan yang sudah ia peluk sejak kecil itu. Diam-diam, ia berdoa kepada Tuhan, "Jika benar Zahra memang ditakdirkan untuk menemukan-Mu, mudahkanlah".

    "Tapi tentu saja saya tidak mengucapkannya terang-terangan! Saya takut Zahra berbalik dan "lari ketakutan"."

    Menurut Zahra, Kim justru jauh dari sebutan pendakwah.

    "Kim orangnya sangat tertutup. Malah kalau saya mau tahu informasi soal Islam darinya, saya harus aktif bertanya karena dia sadar tidak mau memaksakan kepercayaannya kepada saya," kata Zahra.

    "Seandainya ada orang yang secara sengaja mengajak saya untuk masuk Islam, saya justru tidak akan pernah masuk Islam dan malah akan menolaknya."

    "Apakah sopan kalau saya mulai memakai hijab?"

    Setelah sekian lama mempelajari Islam, Zahra merasa semakin dekat dengan kepercayaan tersebut.

    "Ini adalah perjalanan menyenangkan buat saya. Saya tidak tiba-tiba bilang, "Halo teman-teman, saya akan menjadi Muslim sekarang," katanya.

    "Langkah ini dimulai ketika suatu hari saya bertanya pada Kim, "apakah sopan bila saya mulai memakai hijab? Saya ingin tahu bagaimana rasanya mengenakannya"."

    Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Zahra semakin percaya diri untuk menutup rambut dan kepalanya di akhir pekan, dan lama kelamaan mengenakan sorban di tempat kerja.

    "Awalnya tidak ada yang bertanya. Lalu, setelah beberapa hari, beberapa teman kerja mulai penasaran. Mereka bilang, "apakah kamu salah potong rambut atau lagi menciptakan tren rambut terbaru?" kata Zahra sambil tertawa.

    "Percakapannya berujung ringan. "Ya, sebenarnya saya sedang mempelajari Islam dan tidak yakin apakah saya harus mulai mengenakan hijab atau tidak. Jadi saya sedang mencari jawabannya"." jawabnya kepada mereka.

    Rencana menikah dan pindah ke Malaysia

    Sejak awal tahun ini, Zahra mulai beribadah di masjid di Brisbane, bernama Kuraby Mosque dan mengucapkan kalimat syahadat, tanda berpindah agama ke Islam.

    Ia adalah satu dari ribuan warga Barat yang pindah ke agama tersebut setiap tahunnya.

    Zahra percaya semua orang sebetulnya lahir sebagai Muslim. Menurutnya, ia tidak mengganti agama, namun kembali ke agama tersebut.

    "Saya memberitahu kepada teman Muslim yang membantu saya ketika mengucap kalimat syahadat bahwa saya tertarik untuk dijodohkan karena saya lelah disakiti dan ingin langsung bersuami saja," kata dia.

    "Lalu ia membantu melengkapi profil saya dalam sebuah aplikasi pernikahan Muslim."

    Seperti ketika Zahra bertemu teman barunya secara online, kali ini, ia juga sudah menemukan tunangan lewat teknologi online.

    "Tunangan saya bertugas mengedit konten digital dalam sebuah organisasi [Muslim] di Kuala Lumpur. Dia bilang kalau dia sangat tertarik pada cerita saya dan ingin tahu proses saya menemukan Islam," kata dia.

    "Setelah beberapa hari chatting, akhirnya saya pikir "ok, saya ingin mencoba dan menjaga agar hubungan ini tetap halal. Bagaimana cara kita melakukannya kalau dia tinggal di Malaysia dan saya di Australia?""

    Hubungan halal yang dimaksudkan Zahra adalah hubungan menurut hukum Islam, di mana keluarga dari pasangan sudah harus saling bertemu untuk memastikan hubungan tersebut tidak dijalankan sembunyi-sembunyi.

    Bagi Zahra dan pasangannya, jarak bukanlah kendala. Melalui panggilan video, mereka mengenalkan keluarga masing-masing.

    Ketika penutupan perbatasan Australia nanti diangkat, Zahra berencana akan segera pindah ke Malaysia untuk menikah.

    Kim mengatakan akan hadir dalam pernikahan Zahra dan "In sha Allah" siap bertemu dengan teman "gamer" nya untuk pertama kali.

    Referensi: rolviva
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Palestina

    +