• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Renungan Hadits: Ramadhan Syahrul Mujahadah

    09 Mei 2020, 23:55 WIB Last Updated 2020-05-09T16:55:04Z
    Dari Aisyah rahdhiallahu ‘anha berkata,

    عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهَا

    “Bahwa Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah pada seluluh hari terakhir di bulan Ramadhan, tidak seperti hari-hari biasa.” (HR. Tirmidzi)

    Takhrij Hadits :
    Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Tirmdzi dalam Sunannya, Kitab As-Shaum An Rasulillah shallalhu ‘alaihi wa sallam, Bab Minhu, Hadits no 726. Diriwayatkan juga oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-I’tikaf, Bab Al-Ijtihad fil Asyril Awakhir Min Syahri Ramadhan, hadits no 2009.

    Hikmah Hadits :
    Bahwa setiap muslim dianjurkan untuk senantiasa bermujahadah (berupaya secara sungguh-sungguh), khususnya dalam rangka menggapai keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala.

    Ibarat seekor burung, apabila ingin mencari rizki dan karunia Allah, maka ia harus “terbang” dulu, bersungguh-sungguh dalam mencari rizki, maka insya Allah akan diberikan rizki oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam sebuah riwayat disebutkan :

    عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّللِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو و خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا (رواه الترمذي)

    Dari Umar bin Khattab rahdhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    “Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, maka sungguh kalian akan diberi rizki sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia terbang pada pagi hari dalam keadaan perut lapar dan ia kembali pada sore hari dalam keadaan perut kenyang.” (HR. Tirmudzi)

    Bahwa mujahadah berasal dari kata-kata “ja ha da” ( ج هـ د ) yang berarti berusaha, bersungguh-sungguh dan mengerahkan segala upaya.

    Artinya adalah bahwa setiap muslim diwajibkan untuk berusaha semaksimal mungkin dan sekuat tenaga untuk secara sungguh-sungguh berupaya menggapai keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala.

    Dan pada hakikatnya, apabila seorang mu’min bermujahadah, maka benefit dari mujahadahnya tersebut akan kembali kepada dirinya sendiri, sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala :

    وَمَن جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ ﴿٦﴾

    “Dan barangsiapa yang berjihad (berusaha dengan sungguh-sungguh), maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al-Ankabut : 6)

    Bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan, dimana Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam banyak bermujahadah untuk menggapai ridha Allah subhanahu wa ta’ala.

    Diriwayatkan bahwa beliau memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan, khususnya di sepuluh malam terakhirnya :

    عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ (متفق عليه)

    Dari Aisyah rahdhiallahu ‘anha berkata, “Bahwasanya Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau menghidupkan waktu malam, membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh dan mengencangkan ikat pinggangnya.” (Muttafaqun Alaih)

    Walaupun yang perlu kita catat pula adalah bahwa mujahadah tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja, melainkan dilakukan sepanjang waktu dan setiap saat. Sebagaimana dalam riwayat oleh Aisyah rahdhiallahu ‘anha :

    عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا (متفق عليه)

    Dari Aisyah rahdhiallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat malam (qiyamullail) hingga kedua telapak kakinya bengkak. Aisyah berkata kepada beliau, “Mengapa engkau melakukannya hingga seperti ini Wahai Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam? Padahal Allah telah mengampuni dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang.” Beliau menjawab, “Tidakkah pantas aku menjadi hamba yang bersyukur?.” (Muttafaqun Alaih) [ar]
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini