• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Presiden Polandia, Andrzej Duda, Mengecam Promosi Gerakan LGBT

    15 Juni 2020, 19:55 WIB Last Updated 2020-06-15T12:55:50Z
    Presiden Polandia, Andrzej Duda, Foto/REUTERS/Sindonews

    Presiden Polandia, Andrzej Duda, mengecam promosi gerakan LGBT sebagai "ideologi" yang lebih merusak masyarakat daripada komunisme. Pernyataan Duda ini memicu kecaman dan keprihatinan dari Uni Eropa (UE), yang terus berbenturan dengan pemimpin Polandia atas sejumlah masalah, termasuk reformasi peradilan.

    Berbicara di hadapan pendukungnya, Duda menyatakab bahwa LGBT bukanlah orang, melainkan sebuah ideologi. Dia juga mengatakan bahwa generasi orang tuanya telah berperang melawan Komunisme selama 40 tahun.

    "Mereka tidak berjuang untuk ini sehingga muncul ideologi baru yang bahkan lebih destruktif," kata Duda dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (15/6/2020).

    Duda kemudian mengkritik peran sekolah dalam mendidik anak-anak tentang masalah LGBT. "Ini bukan mengapa generasi orang tua saya selama 40 tahun berjuang untuk mengeluarkan ideologi komunis dari sekolah, sehingga tidak dapat menganggu anak-anak, tidak bisa mencuci otak, dan mengindoktrinasi mereka," ucapnya.

    "Mereka tidak berjuang, sehingga kita sekarang dapat menerima bahwa ideologi lain, yang bahkan lebih merusak manusia, akan muncul, sebuah ideologi yang di bawah klise rasa hormat dan toleransi menyembunyikan intoleransi yang dalam," sambungnya.

    Dia juga mengatakan bahwa orang tua bertanggung jawab atas pendidikan seksual anak-anak mereka. "Tidak mungkin bagi lembaga mana pun untuk ikut campur dalam cara orang tua membesarkan anak-anak mereka," ungkapnya.

    Kelompok hak-hak LGBT Eropa, ILGA-Eropa, mengklaim bahwa Polandia di bawah kepemimpinan Duda dan Partai Hukum dan Keadilannya (PiS) menempati peringkat sebagai anggota Uni Eropa dengan kinerja terburuk dalam hal hak-hak LGBT. (Sindownews)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Palestina

    +