Puluhan wanita muslim dan nonmuslim di Kanada menggelar aksi damai di Victoria Park dengan mengenakan hijab untuk memerangi Islamofobia. Acara bernama Hijabs for Harmony ini diadakan menyusul serangan teroris terhadap satu keluarga muslim 6 Juni lalu.
Sekitar 80 warga London, Ontario, Kanada hadir di acara ini untuk mendidik publik tentang jilbab dan perlunya memerangi Islamofobia. Acara yang dimulai pukul 17.00 waktu setempat ini menampilkan beberapa pembicara dari Muslim Association of Canada (MAC) dilanjutkan dengan jalan-jalan solidaritas mengelilingi Victoria Park dan mengheningkan cipta untuk korban. Acara ini bagian dari sejumlah pertemuan yang diadakan di seluruh negeri untuk mendorong pemerintah mengatasi masalah Islamofobia di Kanada.
“Di saat banyak wanita takut untuk keluar dengan jilbab mereka karena sekarang mereka telah menjadi minoritas yang terlihat, dukungan ini mendorong mereka untuk melanjutkan pilihan yang telah mereka ambil,” kata warga London, Ontario, dan anggota Muslim Association of Canada Reem Sultan dikutip dari Global News, Ahad, 20 Juni 2021.
Empat anggota keluarga muslim London, Ontario, Kanada, tewas dalam serangan bermotivasi kebencian dan ditargetkan pada 6 Juni 2021. Pelaku yang bernama Nathaniel Veltman, 20 tahun, dengan sengaja menabrakkan mobilnya ke keluarga itu yang sedang jalan kaki. Kejaksaan Kanada mendakwa pelaku dengan pasal terorisme.
Perwakilan peserta nonmuslim, Barbara Legate, mengatakan penting untuk menunjukkan solidaritas dengan muslimah dan masyarakat lainnya di Kanada. Terlebih perempuan kerap menjadi target kekerasan.
Dia mengatakan acara ini terinspirasi dari kegiatan serupa yang terjadi di Christchurch Selandia Baru setelah serangan teror di sebuah masjid pada 2019. Ia menuturkan tidak ingin akibat teror itu sikap muslim Kanada terhadap jilbab berubah menjadi sekadar kostum. "Jilbab itu sangat penting bagi wanita yang memilih untuk memakainya. Kami ingin tampilan yang layak kami hadirkan bersama anda,” kata Legate.
Muslimah London lainnya, Safiya Shaikha, mengatakan setiap orang harus memiliki hak untuk memakai apa yang mereka inginkan. “Jilbab bagi saya bukan hanya penutup kepala, bagi saya ini adalah Islam saya, bukan hanya agama atau apa yang anda yakini secara spiritual, ini adalah cara hidup,” kata Shaikha. (tempo)