Di saat Lira semakin terpuruk hingga menembus TRY 18,3/US$, yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan jurus dan membalikan keadaan sehingga Lira berbalik meroket hingga mencatat penguatan 20% ke TRY 13,5/US$.
Berbicara setelah pertemuan Kabinet, Erdogan mengumumkan beberapa kebijakan yang akan meringankan beban Lira Turki. Pemimpin yang sudah berkuasa selama 20 tahun ini mengatakan dengan kebijakan tersebut warga Turki tidak perlu mengkonversi Lira menjadi mata uang asing selama lira crash, termasuk memberikan jaminan deposito.
“Kami menghadirkan alternatif keuangan bagi warga yang ingin meringankan kekhawatiran mereka saat melihat tabungan akibat kenaikan nilai tukar,” kata Erdogan sebagaimana dilansir Reuters, Senin (20/12/2021).
John Doyle, vice president dealing dan trading di Tempus Inc. mengatakan rencana pemerintah Turki membuat nilai tukar Lira menguat tajam.
“Hal paling penting adalah pemerintah mengatakan mengganti kerugian dalam deposit Lira jika mata uang tersebut mengalami pelemahan lebih dalam dari suku bunga yang diberikan bank. Meski pemerintah tidak mengatakan bagaimana mereka akan mengeksekusi rencana tersebut,” kata Doyle.
“Saya membayangkan pasar menjual (short) Lira sangat besar dan langkah-langkah yang diumumkan Erdogan mengumumkan akan melindungi tabungan investor domestik dari fluktuasi Lira memberikan dorongan untuk menutup posisi short tersebut,” kata Shaun Osborne, kepala strategi valuta asing di Scotiabank.
Setelah Erdogan “mengeluarkan jurus”, sekitar US$ 1 miliar dilaporkan dijual di pasar, menurut kepala asosiasi perbankan Turki. Penjualan dolar AS tersebut menjadi indikasi pelaku pasar menutup posisi short.
Erdogan juga menyinggung mengenai pemangkasan suku bunga yang dilakukan bank sentral Turki (TCMB). Kebijakan TCMB yang agresif memangkas suku bunga saat inflasi tinggi menjadi pemicu jebloknya lira. Tetapi menurut Erdogan, pemangkasan suku bunga pada akhirnya akan menurunkan inflasi.
“Dengan pemangkasan suku bunga, kita akan melihat inflasi mulai turun dalam beberapa bulan ke depan. Negara ini tidak akan lagi menjadi surga bagi mereka yang kekayaannya bertambah akibat suku bunga tinggi,” kata Erdogan.
Saat inflasi tinggi, bank sentral pada umumnya akan menaikkan suku bunga. Tetapi bank sentral Turki (TCMB) justru memangkas suku bunganya secara agresif.
Inflasi di Turki pada bulan November mencapai 21,31% year-on-year (yoy) melesat dari bulan sebelumnya 19,89% (yoy) dan menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Jebloknya nilai tukar Lira menjadi salah satu pemicu inflasi tinggi semakin terakselerasi.
Meski nilai tukar Lira terus terpuruk, TCMB Kamis lalu justru kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin menjadi 14%.
Hingga saat ini TCMB yang dipimpin Sahap Kavcioglu sudah memangkas suku bunga dalam 4 bulan beruntun dengan total 500 basis poin.
Kebijakan anti mainstream TCMB yang membuat kurs Lira terpuruk dan memicu krisis mata uang bermula dari pandangan Erdogan jika suku bunga tinggi merupakan “biangnya setan”. Erdogan mempercayai suku bunga tinggi malah akan memperburuk inflasi. (arrahmah.id)