Rusia pada Kamis (28/3/2024) mengaku memiliki bukti bahwa pelaku penembakan konser Moskwa terkait dengan nasionalis Ukraina. Nyatanya, meski sebuah afiliasi Negara Islam (ISIS) telah mengeklaim bertanggung jawab, Presiden Rusia Vladimir Putin dan badan-badan keamanannya terus menuduh Ukraina dan Barat terlibat dalam serangan hari Jumat (22/3/2024) itu.
Putin menyampaikan bahwa 11 orang telah ditahan setelah sekelompok pria bersenjata menyerbu Balai Kota Crocus, membakar gedung tersebut dan menewaskan sedikitnya 143 orang.
"Sebagai hasil dari kerja sama dengan para teroris yang ditahan, pemeriksaan perangkat teknis yang disita dari mereka dan analisis informasi tentang transaksi keuangan, bukti hubungan mereka dengan nasionalis Ukraina telah diperoleh," kata Komite Investigasi Rusia pada Kamis.
Presiden Russia Vladimir Putin |
Komite tersebut menuduh para tersangka telah menerima sejumlah besar uang dan mata uang kripto dari Ukraina. Komite Investigasi Rusia menambahkan bahwa seorang pria lain yang terlibat dalam mendanai para pelaku penembakan massal di Mokswa pekan lalu telah diidentifikasi dan ditahan. "Para penyelidik akan meminta pengadilan untuk menahannya," kata Komite itu, dikutip dari AFP. Ukraina dan sekutu-sekutu Baratnya telah mencap tuduhan tidak masuk akal bahwa mereka terlibat.
Sementara itu, penembakan konser Moskwa telah membawa ketidakharmonisan di antara warga Rusia. Dalam hal ini, warga etnis Tajik menjadi rentan mengalami rasialisme di Rusia. Kelompok ISIS-K atau ISIS Khorasan seperti diketahui telah mengaku bertanggung jawab atas tragedi tersebut.
Latar belakang tersangka pelaku teror memicu perdebatan di Rusia soal longgarnya aturan keimigrasian. Akibatnya, tren xenofobia menguat terhadap migran asal Asia tengah yang bekerja di Rusia, terutama warga Tajikistan. (kompas.com)