Benarkah mandi secara terutur menjadi budaya orang Eropa? Pertanyaan sederhana dan ringan ini tentu membuat banyak orang mengerenyitkan kening. Mungkin dianggap pertanyaan mengada-ada.
Namun, kazanah sejarah mencatat, justru budaya orang Muslim itulah yang memperkenalkan budaya bersih dengan cara mandi teratur hingga memotong rambut kepada orang Eropa. Sebelum mereka berjumpa dengan orang Muslim, orang Eropa tak punya budaya itu. Mandi hingga potong rambut dianggap sepele. Berbeda dengan Muslim yang harus mensucikan diri (thaharah) minimal lima kali sehari. Seorang Muslim ketika alan shalat harus bersih dari hadas kecil dan besar. Dan caranya adalah dengan melakukan mandi dan mengabil air wudhu.
Kisah perkenalan orang Eropa dengan kebiasaan mandi secara teratur terjadi sewaktu pasukan Islam masuk ke wilayah Eropa dengan Spanyol di abad ke 8. Di sanalah mereka berkenalan dan berjumpa dengan orang-prang Muslim yang mereka sebut sebagai orang ‘Moor’ (orang dari Selatan). Karena kebanyakan pasukan Islam orang dari kekhalifahan Turki mereka kemudian mengenal istilah yang kini familiar ’mandi Turki’. Di ibu kota kekahalifahan Utsmani inilah pertama kali orang kenal tempat pemandian umum.
Dan memang, kala itu orang biasa Eropa karena jarang mandi bau badannya tercium busuk. Tak hanya itu mereka juga rambutnya tak terurus dan tal kenal bdaya gosok gigi, Budaya gosik gigi juga dari budaya orang Muslim yang telah mengenao bersihkan gigi dengan kayu siwak (miswak).
Pada titik inilah orang Eropa mengenal gosok gigi setelah makan. Orang-orang Islam memperkenalkan siwak, yang terbuat dari ranting pohon Miswak yang wangi dan sekaligus menjadi bahan pasta gigi. Satu ujungnya dipukul-pukul sehingga membentuk mata sapu kecil. Itulah yang digunakan menggosok gigi. Masa itu, orang-orang Eropa membersihkan mulut setelah makan hanya dengan kumur-kumur. Dan orang Eropa baru produksi pasti gigi pada abad 18.
Maka tak heran mereka malu ketika berjumpa dengan orang Muslim mereka malu karena orang yang ditemui kala itu selalu tutup hidung karena bau badannya. Dan memang orang Eropa biasa tak bisa sembunyian bau badannya itu karena jarang mandi, orang Eropa kelas bangsawan mereka berusaha sembunyikan bau badannya dengan menyemprotkan cairan pewangi ke turuh mereka.
Maka di sinilah parfum yang terkenal di Eropa adalah parfum yang biasa dipakai oleh kalangan para bangsawan istana. Parfum yang dipakai kalangan bangwasan Prancis, misalnya terkenal sampai sekarang sebagai parfum buatan Paris yang bermutu dan harganya dari dahulu memang mahal. Parfum di sana adalah barang mewah yang dipakai kalangan orang Istana saja. Para pangeran dan putri tutupi bau badannya dengan parfum.
Kenyataan ini tentu berbeda dengan sosok tubuh pendatang Musim. Apalagi setelah orang Eropa kemudian bertemu langsung dengan para kaum biasa, misalnya dari kalangan petani yang tinggal di pedesaan Badhdad, Turki, Mesir, Maroko, yang sedang bekerja di kebun-kebun. Meski tahu mereka seharian bekerja keras, tapi orang Erpoa tak mencium bau badan karena. Bagi mereka ini aneh karena warga kelas bawah Eropa yang melakukan pekerjaan serupa mempunyai badan bahan yang tercium busuk.
Di sinilah, orang Eropa kemudiah paham, bahwa yang membedakannya dengan mereka adalah budaya orang Muslim bak yang laki-laki dan perempuan adalah rutin membersihkan diri lima kali seriap hari. Selain itu mereka punya kewajiban memotong rambut. Bagi orang Muslim sosok panutannya yakni Nabi Muhammad SAW selalu mencukur rambut dan membersihkan diri dengan teratur. Gambaran sosok awut-awutan mereka harus dihindari. Apalagi ajaran pertama dari setiap muslim baik laki-laki dan perempuan setelah sahadat adalah mandi.
Dan di sekolah atau tempat pendidikan muslim, semenjak dahulu kala kitab orang Muslim yang paling awal dikajii selain berisi ajaran tauhid adalah ajaran bertharah (mensucikan diri lahir dan batin). Dari kecil anak-anak diajarkan bagaimana bersuci dari hadas kecil dan besar. Semua ini harus mereka lakukan setiap akan shalat yang mencapai lima kali dalam sehari. Kebersihan lahir dan batin itu kewajiban setiap Muslim. [R]
Namun, kazanah sejarah mencatat, justru budaya orang Muslim itulah yang memperkenalkan budaya bersih dengan cara mandi teratur hingga memotong rambut kepada orang Eropa. Sebelum mereka berjumpa dengan orang Muslim, orang Eropa tak punya budaya itu. Mandi hingga potong rambut dianggap sepele. Berbeda dengan Muslim yang harus mensucikan diri (thaharah) minimal lima kali sehari. Seorang Muslim ketika alan shalat harus bersih dari hadas kecil dan besar. Dan caranya adalah dengan melakukan mandi dan mengabil air wudhu.
Kisah perkenalan orang Eropa dengan kebiasaan mandi secara teratur terjadi sewaktu pasukan Islam masuk ke wilayah Eropa dengan Spanyol di abad ke 8. Di sanalah mereka berkenalan dan berjumpa dengan orang-prang Muslim yang mereka sebut sebagai orang ‘Moor’ (orang dari Selatan). Karena kebanyakan pasukan Islam orang dari kekhalifahan Turki mereka kemudian mengenal istilah yang kini familiar ’mandi Turki’. Di ibu kota kekahalifahan Utsmani inilah pertama kali orang kenal tempat pemandian umum.
Dan memang, kala itu orang biasa Eropa karena jarang mandi bau badannya tercium busuk. Tak hanya itu mereka juga rambutnya tak terurus dan tal kenal bdaya gosok gigi, Budaya gosik gigi juga dari budaya orang Muslim yang telah mengenao bersihkan gigi dengan kayu siwak (miswak).
Pada titik inilah orang Eropa mengenal gosok gigi setelah makan. Orang-orang Islam memperkenalkan siwak, yang terbuat dari ranting pohon Miswak yang wangi dan sekaligus menjadi bahan pasta gigi. Satu ujungnya dipukul-pukul sehingga membentuk mata sapu kecil. Itulah yang digunakan menggosok gigi. Masa itu, orang-orang Eropa membersihkan mulut setelah makan hanya dengan kumur-kumur. Dan orang Eropa baru produksi pasti gigi pada abad 18.
Maka tak heran mereka malu ketika berjumpa dengan orang Muslim mereka malu karena orang yang ditemui kala itu selalu tutup hidung karena bau badannya. Dan memang orang Eropa biasa tak bisa sembunyian bau badannya itu karena jarang mandi, orang Eropa kelas bangsawan mereka berusaha sembunyikan bau badannya dengan menyemprotkan cairan pewangi ke turuh mereka.
Maka di sinilah parfum yang terkenal di Eropa adalah parfum yang biasa dipakai oleh kalangan para bangsawan istana. Parfum yang dipakai kalangan bangwasan Prancis, misalnya terkenal sampai sekarang sebagai parfum buatan Paris yang bermutu dan harganya dari dahulu memang mahal. Parfum di sana adalah barang mewah yang dipakai kalangan orang Istana saja. Para pangeran dan putri tutupi bau badannya dengan parfum.
Kenyataan ini tentu berbeda dengan sosok tubuh pendatang Musim. Apalagi setelah orang Eropa kemudian bertemu langsung dengan para kaum biasa, misalnya dari kalangan petani yang tinggal di pedesaan Badhdad, Turki, Mesir, Maroko, yang sedang bekerja di kebun-kebun. Meski tahu mereka seharian bekerja keras, tapi orang Erpoa tak mencium bau badan karena. Bagi mereka ini aneh karena warga kelas bawah Eropa yang melakukan pekerjaan serupa mempunyai badan bahan yang tercium busuk.
Di sinilah, orang Eropa kemudiah paham, bahwa yang membedakannya dengan mereka adalah budaya orang Muslim bak yang laki-laki dan perempuan adalah rutin membersihkan diri lima kali seriap hari. Selain itu mereka punya kewajiban memotong rambut. Bagi orang Muslim sosok panutannya yakni Nabi Muhammad SAW selalu mencukur rambut dan membersihkan diri dengan teratur. Gambaran sosok awut-awutan mereka harus dihindari. Apalagi ajaran pertama dari setiap muslim baik laki-laki dan perempuan setelah sahadat adalah mandi.
Dan di sekolah atau tempat pendidikan muslim, semenjak dahulu kala kitab orang Muslim yang paling awal dikajii selain berisi ajaran tauhid adalah ajaran bertharah (mensucikan diri lahir dan batin). Dari kecil anak-anak diajarkan bagaimana bersuci dari hadas kecil dan besar. Semua ini harus mereka lakukan setiap akan shalat yang mencapai lima kali dalam sehari. Kebersihan lahir dan batin itu kewajiban setiap Muslim. [R]