Nabil Baffoun, kepala Komisi Pemilihan Tinggi Independen, mengumumkan hasil resmi pemilihan putaran kedua pada konferensi pers di Ibu Kota Tunis.
Baffoun mengatakan 56,8 persen pemilih domestik dan 24,4 persen pemilih yang tinggal di luar negeri bergabung dalam pemilu putaran kedua dan Saied memperoleh 72,71 persen suara.
Sementara itu, saingan Saied, taipan media Nabil Karoui dari partai Qalb Tounes (Heart of Tunisia) hanya mendapatkan 27,29 persen suara.
Warga Tunisia memberikan suara mereka pada Minggu untuk memilih presiden kedua yang dipilih secara demokratis sejak 2011.
Menurut Komisi Pemilihan Tinggi Independen, lebih dari 7 juta warga Tunisia memenuhi syarat untuk memberikan suara pada pemilihan umum tersebut.
Saied akan menggantikan Presiden Tunisia pertama yang terpilih secara demokratis, Beji Caid Essebsi, yang meninggal dunia pada Juli lalu. [aa.com.tr/id]
****
Siapakah Kaid Said?
Kaid Said adalah seorang profesor di Universitas Tunis, yang menjadi kandidat presiden independen Tunisia memperoleh 72 persen suara dalam pemilihan presiden yang digelar pada Ahad lalu.
Sementara pesaingnya, Nabil Karoui, meraih 27,4 persen suara. Dalam pidato kemenangannya, Saied berterima kasih kepada para pendukungnya.
“Kita memasuki tahap baru dalam sejarah Tunisia dan kami bertekad akan menghadapi semua tantangan,” tegas dia.
Saied juga berjanji bahwa selama masa jabatannya, Tunisia akan terus mematuhi semua perjanjian internasional.
Setelah mengambil alih jabatan kepresidenan, dia akan bertolak ke Aljazair sebagai kunjungan pertamanya ke luar negeri, kemudian juga Libya yang sedang dilanda gejolak.
Saied akan menggantikan presiden pertama yang dipilih secara bebas di Tunisia, Beji Caid Essebsi, yang wafat pada Juli lalu.
Dikutip dari berbagai sumber, Saied adalah seorang profesor di Universitas Tunis, dan pensiun pada tahun 2018. Dia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Asosiasi Hukum Konstitusi Tunisia antara 1990 dan 1995 dan telah menjadi wakil presiden organisasi tersebut sejak 1995.
Saied juga menjabat sebagai Dekan Departemen Hukum di Universitas Sousse, sebagai ahli hukum untuk Liga Arab dan Institut Arab untuk Hak Asasi Manusia. Saied juga merupakan anggota komite ahli yang diundang untuk memberikan komentar kepada rancangan Konstitusi Tunisia pada tahun 2014. [muslimobsession]
****
Sementara itu seorang Mahasiswa Indonesia jurusan Hubungan Internasional yang bermukim di Lille, Perancis Hasmi Bahtiar melalui akun media sosial twitternya @hasmi_bakhtiar mencuitkan:
Ini gebrakan presiden Tunis:— Hasmi Bakhtiar (@hasmi_bakhtiar) October 25, 2019
1. Menegaskan dukungan Tunis atas kemerdekaan Palestine dan memastikan tdk akan melakukan hububgan apapun dg Israel
3. Memberhentikan istrinya yang seorang hakim selama 5 tahun ke depan tanpa digaji
4. Membebaskan semua tahanan politik akibat pilpres
Saiid memastikan dirinya dan Tunis bersama kaum revolusi di setiap negara Timteng. Artinya Saiid akan berhadapan dg kekuatan besar spt Amerika dan setan Kawasan, Saudi dan Abu Dhabi. Apakah Saiid akan mengalami nasib yg sama dg Mursi atau dia lebih cerdas?— Hasmi Bakhtiar (@hasmi_bakhtiar) October 25, 2019