• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Pahlawan Negeriku

    10 November 2019, 10:01 WIB Last Updated 2019-11-10T03:01:34Z
    Pahlawan Negeriku
    Oleh: Anis Matta

    Di masa pembangunan ini", kata Chairil Anwar
    mengenang Diponegoro, "Tuan hidup kembali.
    Dan bara kagum menjadi api".

    Kita selalu berkata jujur kepada nurani kita ketika kita
    melewati persimpangan jalan sejarah yang curam. Saat
    itu kita merindukan pahlawan. 

    Seperti Chairil Anwar
    tahun itu, 1943, yang merindukan Diponegoro. Seperti
    juga kita saat ini. Saat ini benar kita merindukan
    pahlawan itu. Karena krisis demi krisis telah merobohkan
    satu per satu sendi bangunan negeri kita. 

    Negeri ini hampir seperti kapal pecah 
    yang tak jemu-jemu dihantam gunungan ombak.
    Di tengah badai ini kita merindukan pahlawan itu.
    Pahlawan yang, kata Sapardi, "telah berjanji kepada
    sejarah untuk pantang menyerah". 

    Pahlawan yang kata
    Chairil Anwar, "berselempang semangat yang tak bisa
    mati." Pahlawan yang akan membacakan "Pernyataan"

    Mansur Samin:
    Demi amanat dan beban rakyat
    Kami nyatakan ke seluruh dunia
    Telah bangkit di tanah air
    Sebuah aksi perlawanan
    Terhadap kepalsuan dan kebohongan
    Yang bersarang dalam kekuasaan
    Orang-orang pemimpin gadungan
    Maka datang jugalah aku ke sana, akhirnya.Untuk kali
    pertama. Ke Taman Makam Pahlawan, di Kalibata.
    Seperti dulu aku pernah datang ke makam para sahabat
    Rasulullah saw di Baqi' dan Uhud, di Madinah. Karena
    kerinduan itu. Dan kudengar Chairil Anwar seperti
    mewakili mereka:
    Kami sudah coba apa yang kami bisa
    Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
    Kami sudah beri kami punya jiwa
    Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan
    arti 4-5 ribu nyawa
    Kami cuma tulang-tulang berserakan
    Tapi adalah kepunyaanmu
    Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang
    berserakan

    Tulang-tulang berserakan itu. Apakah makna yang
    kita berikan kepada mereka? Ataukah tak lagi ada 
    wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan?
    Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu
    melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid? Ataukah tak
    lagi ada ibu yang mau, seperti kata Taufiq Ismail di
    tahun 1966, "merelakan kalian pergi berdemonstrasi..
    karena kalian pergi menyempurnakan..Kemerdekaan
    negeri ini."

    Tulang belulang berserakan itu. Apakah makna yang
    kita berikan kepada mereka? Ataukah, seperti kata
    Sayyid Quthub, "Kau mulai jemu berjuang, lalu kau
    tanggalkan senjata dari bahumu?"
    Tidak! Kaulah pahlawan yang kurindu itu. 
    Dan beratus jiwa di negeri sarat nestapa ini. Atau jika tidak,
    biarlah kepada diriku saja aku berkata: jadilah pahlawan
    itu. 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini