Sebagaimana dilansir Daily Sabah berikut ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Sabtu meminta Turki untuk membuka kembali "dialog yang bertanggung jawab" di Mediterania Timur.
"Di Ajaccio, kami mengirim pesan yang jelas ke Turki: Mari kita buka kembali dialog yang bertanggung jawab, dengan itikad baik, tanpa kenaifan. Seruan ini sekarang juga dari Parlemen Eropa. Tampaknya telah didengar. Mari kita lanjutkan," kata Macron dalam sebuah tweet dalam bahasa Turki.
Ajaccio'da, Türkiye'ye net bir mesaj gönderdik: iyi niyetli, naiflik olmaksızın sorumlu bir diyaloğu yeniden açalım. Bu çağrı bundan böyle Avrupa Parlamentosu’nun da çağrısı. Görünüşe göre de işitilmiş. İlerleyelim.
— Emmanuel Macron (@EmmanuelMacron) September 19, 2020
Turki bermaksud untuk memberikan kesempatan terbaik bagi diplomasi, menyelesaikan masalah melalui dialog dengan cara yang menguntungkan semua pihak, kata Presiden Recep Tayyip Erdoğan pada Sabtu menyusul seruan Prancis Macron.
Dalam serangkaian tweet, Erdogan mengatakan bahwa Turki tidak akan memperhatikan provokasi yang terus-menerus, menyatakan bahwa Ankara telah melakukan proses ini dengan cara yang ditentukan dan matang.
"Dengan tujuan ini, kami akan terus mempertahankan setiap tetes air dan setiap jengkal tanah di negara kami sampai tuntas," ujarnya.
Turki pada hari Jumat menuduh Macron melakukan provokasi di Mediterania Timur dan membuat situasi menjadi sulit.
Dalam wawancara eksklusif dengan Channel 4 News Inggris, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan presiden Prancis sedang mencoba menjadi Napoleon yang meninggal dua abad lalu tetapi Macron tidak cukup kuat untuk ini.
Akar mengatakan Macron sedang mencoba memainkan peran di Mediterania Timur untuk menyembunyikan masalahnya di Prancis.
Dia menekankan bahwa Turki membela hak dan kepentingannya, mengingatkan bahwa Turki memiliki sekitar 2.000 kilometer (sekitar 1.242 mil) garis pantai di Mediterania Timur.