• Jelajahi

    Copyright © Jakarta Report
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    JAHAT ! Intelijen Israel Sponsori Mafia Kedokteran di Al-Quds

    26 Oktober 2019, 10:50 WIB Last Updated 2019-10-26T03:57:00Z
    Hasil investigasi media Israel mengungkapkan bahwa ada orang-orang yang tidak memiliki kualifikasi medis telah memperoleh lisensi resmi dari Kementerian Kesehatan Israel di Tel Aviv untuk membuka cabang perawatan medis di al-Quds atau Yerusalem.

    Investigasi yang diterbitkan oleh Channel II televisi Israel ini menyebutkan bahwa "para dokter baru" ini beberapa di antaranya adalah pengemudi mobil dan truk, mereka bekerja di cabang-cabang yang didanai lembaga asuransi Israel. Otoritas penjajah Israel mengumpulkan dana tersebut dari warga Palestina di al-Quds atau Yerusalem yang diduduki penjajah Israel.

    Investigasi ini menunjukkan bahwa lembaga-lembaga medis ini mengizinkan dokter yang tidak memiliki sertifikat praktik profesi medis untuk bekerja pada mereka, menggunakan segel dokter lain, dan memperdagangkan obat-obatan. Investigas ini menemukan bahwa klinik Kobat Holim, yang seharusnya menyediakan pengobatan, mengalami kekacauan.

    Investigas ini mengingatkan, seorang jurnalis yang berpakaian sebagai seorang dokter namun tidak memiliki sertifikat praktik profesi, dia melamar bekerja di pusat medis "Kopat Holim", dan dia berhasil mendapatkan pekerjaan seorang dokter.

    Investigasi ini menyatakan "jurnalis dokter" tersebut mendapat persetujuan dari operator pusat-pusat medis tersebut yang juga tidak memiliki kualifikasi medis. Mereka memperoleh izin untuk membuka pusat-pusat medis tersebut dari badan intelijen Israel.

    Seperti disiarkan oleh Channel II televisi Israel, “jurnalis dokter” tersebut mengatakan bahwa sejumlah operator klinik tersebut agen "dunia bawah", yang dimaksud dengan ungkapan ini adalah bahwa mereka adalah anggota geng mafia, sebagian besar dokter ini tidak berani berbicara di depan umum tentang beberapa peniru profesi kedokteran.

    Seorang dokter lain mengatakan bahwa beberapa pelanggan meminta obat-obatan yang mengandung narkoba, padahal status medis mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkannya, tetapi operator klinik meminta mereka dibantu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan jika dokter tidak mengikuti instruksi dari operator klinik maka dikeluarkan.

    Laporan investigasi berdurasi 10 menit ini mendokumentasikan percakapan telepon di mana seorang jurnalis yang telah menjadi dokter melamar untuk bekerja di pusat-pusat medis dan memberi tahu pemiliknya bahwa dia telah gagal dalam ujian profesi, tetapi mereka memberinya kesempatan untuk menghadiri wawancara kerja, dan beberapa operator setuju untuk mempekerjakannya.

    Jumlah warga Palestina di al-Quds yang membayar biaya asuransi kesehatan Israel sebanyak 330 ribu orang. Mereka mendapatkan perawatan di 4 pusat medis; Clalit, Moheidat, Maccabi, dan Loemet. Pusat-pusat medis tersebut berafiliasi kepada Dana Kesehatan "Kobat Holim".

    Investigasi ini menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan di Pemerintah Israel, untuk alasan keamanan, mengizinkan operasi cabang-cabang pusat-pusat medis ini melalui kontraktor, sebagian besar dari mereka tanpa kualifikasi ilmiah terkait dengan manajemen kesehatan.

    Menurut data dari Channel II televisi Israel, 10 dokter yang bekerja di Kafr Aqab, Jabal Mukaber, Beit Safafa dan wilayah Palestina lainnya di al-Quds, tanpa memiliki sertifikat medis, di samping empat dokter yang mengaku sebagai spesialis akan tetapi sebenarnya bukan.

    Perlu disebutkan bahwa otoritas penjajah Israel menggunakan asuransi kesehatan sebagai kartu penekan pada warga al-Quds, karena banyak dari mereka yang tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan karena aktivitas mereka atau anak-anak mereka yang menentang pendudukan Israel. Setiap warga Palestina dari al-Quds yang tidak tinggal di dalam "batas kota" yang diakui oleh pemerintah kota Israel, juga tidak mendapatkan asuransi yang biayanya melebihi 1000 dolar per tahun. (was/pip) [info palestina]
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Palestina

    +