Melalui Siaran Pers Situasi Terkini Infeksi Covid-19 dikutip Pelita Brunei, Kementerian Kesehatan Brunei Darussalam menginformasikan bahwa sejauh ini NBD telah mencatat 428 hari nihil kasus. Hal ini merupakan kasus terakhir infeksi Covid-19 lokal sejak laporan terakhir yang tercatat, pada 6 Mei 2020.
Kementerian Kesehatan menginformasikan bahwa hingga pukul 12.00 siang hari ini tidak ada penambahan kasus baru Covid-19. Dengan data ini berarti total kasus Covid-19 di Negara Brunei Darussalam (NBD) hanya 266.
Menurut Kementerian Kesehatan, delapan kasus aktif masih menjalani perawatan di Pusat Isolasi Nasional, sehingga total kasus sembuh sejauh ini menjadi 255 orang. Kementerian Kesehatan juga menginformasikan situasi terkini infeksi Covid-19 di NBD, di mana total 574 orang menjalani isolasi wajib dan 21.420 orang menyelesaikan isolasi wajib sejak Maret 2020
Selanjutnya, dalam 24 jam terakhir, sebanyak 332 sampel uji virus SARS-CoV-2 dilakukan sehingga total uji laboratorium yang dilakukan sejak Januari 2020 menjadi 144.033 pengujian. Kementerian Kesehatan juga ingin menginformasikan kepada masyarakat tentang status vaksinasi Covid-19 di mana total 3.838 menerima suntikan vaksin Covid-19 pada 7 Juli 2021 sementara total 87.033 (19,2 persen) telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Kemudian, sebanyak 16.600 atau sekitar 3,7 persen telah menerima dua dosis suntikan vaksin, sementara total 14.443 warga lanjut usia telah menerima setidaknya satu dosis suntikan vaksin. Negara dengan populasi 459.400, mencatat kasus impor Covid-19 pertamanya pada 9 Maret.
Terlepas dari keberhasilannya, rahasia negara tetangga Indonesia ini melakukan banyak langkah-langkah pencegahan. The Star Malaysia dalam artikelnya pada 23 Mei 2021 lalu menulis, salah satu kunci kesuksesan Brunei adalah kedisiplinan mereka dalam menerapkan kontrol perbatasan dan perjalanan orang yang ketat.
Profesor politik University of Nottingham Malaysia William Case dan post-grad Nadia Hamdan dalam sebuah opininya di East Asia Forum menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Brunei sebagai Monarki Absolut dan praktik ‘politik represif namun responsif’ banyak menguntungkan Negara ini menanggulangi wabah Covid-19.
“Sebagai ‘Monarki Islam Melayu’, Brunei sensitif terhadap kebutuhan spiritual warganya. Masjid ditutup dan dibersihkan, dan pertemuan lebih dari keluarga dekat dilarang sepanjang Ramadhan dan selama Hari Raya (Idul Fitri). Sementara itu, pemerintah mendorong warga Brunei untuk memperkuat dan melaksanakan dzikir dan tadarus Al-Quran di rumahsaat menjalani karantina,” tulis Hayat.
“Sebagai pemimpin politik dan agama bangsa, Sultan Bolkiah memberikan kepemimpinan moral yang tabah dan publik. Bolkiah menekankan tugas umat Islam untuk mengikuti pedoman jarak sosial, mengambil tindakan pencegahan sanitasi, dan untuk melipatgandakan doa-doa mereka dan merefleksikan Al-Quran, mengingatkan warga Brunei bahwa bagi umat Islam, virus itu sendiri dikirim oleh Allah. Sentimen semacam itu sangat penting untuk memastikan penghormatan terhadap pedoman kesehatan masyarakat,” tambahnya.
Sumber: HIDAYATULLAH